13 June 2013

Precious Time



“Ci, Peter kok belum pulang juga ya ? Padahal sekarang sudah hampir jam 10 malam.” Tanya Papa pada anak gadisnya, Paula.
“Palingan juga main dulu, pa.” Lanjut Paula dengan kesal, “Apalagi sih kerjaan dia selain main.”
“Ya, tapi kan sekarang uda malem ci. Biasanya juga Peter ga pernah pulang sampai semalam ini.” Lanjut Mama Paula dengan khawatir, “Coba kamu telepon ke handphone-nya. Tanyain sekarang dia lagi ada dimana.”
                Ia menuruti perkataan mamanya dan mencoba menghungi handphone Peter. Berkali-kali Paula menghubungi handphone Peter, namun Peter tidak mengangkatnya. Mengetahui bahwa handphone Peter tidak dapat dihubungi membuat mereka menjadi sangat khawatir. Tiba-tiba telepon rumah mereka berbunyi. Papa yang duduk tidak jauh dari pesawat telepon segera mengangkatnya.
“Selamat malam, bisa bicara dengan orang tua Peter ?” Sebuah suara terdengar di ujung telepon.
“Ya, saya dengan papanya.”
“Pa, kami dari kantor polisi ingin memberitahukan bahwa putra bapak mengalami kecelakan dan sekarang sedang ada di ICU rumah sakit xxx karena mengalami luka yang sangat parah.”
“Baik saya akan segera kesana.” Jawab Papa dengan gemetar.
***

                Mendengar berita itu Paula beserta kedua orang tuanya segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Peter. Paula sangat kaget mendengar Peter mengalami kecelakaan. Padahal baru saja sebelum Peter pergi mereka sempat bertengkar. Paula bertengkar dengan Peter karena akhir-akhir ini Peter selalu membuat kesal dirinya dengan kelakuannya. Ada-ada saja kelakuan adiknya ini yang ingin membuatnya marah.
“Pa, kami adalah keluarga dari Peter.” Ucap Papa kepada petugas polisi yang berdiri di depan ruangan ICU, “Bagaimana keadaan Peter saat ini ? Apakah dia baik-baik saja ?”
“Dokter sedang memeriksa keadaannya. Kepalanya mengalami benturan keras dengan aspal, tubuhnya penuh dengan luka. Silakan ditunggu, Pa. Semoga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi dengan anak ini.”
“Bagaimana kejadiannya sampai anak saya bisa mengalami kecelakaan seperti ini ?” Tanya Mama sambil menangis.
“Anak bapak menghindari mobil yang melaju ke arahnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kemungkinan pengemudi mobil itu sedang dalam keadaan mabuk.” Lanjut Pa Polisi, “Oh ya, barang ini saya temukan di motornya Peter. Barangkali Bapak dan Ibu mengenalinya.”
                Mendengar apa yang dikatakan oleh polisi membuat mama menangis. Papa segera membuka bungkusan yang diberikan oleh pa polisi itu. Bungkusan itu berwarna ungu. Di dalamnya terdapat sebuah kue tart yang sudah hampir hancur karena terjatuh dari motor. Ada juga sebuah bungkusan lain yang berisi sebuah boneka teddy bear.
“Siapa yang ulang tahun, pa ?” Tanya Paula.
“Papa juga ga tau.” Lanjutnya, “Mungkinkah ini untuk kamu, Pau. Besok kan kamu ulang tahun.”
“Mana coba aku liat, Pa.” Lanjut Paula sambil mengambil boneka itu dari tangan papa.
                Paula memegang boneka teddy bear berwarna cokelat itu dengan gemetar. Dipegangnya perut boneka itu dan ditekannya karena boneka ini adalah sejenis boneka yang dapat mengeluarkan suara apabila perutnya ditekan. Terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing lagi di telinga Paula.
Cici sayang, selamat ulang tahun. Semoga panjang umur. Maafin Peter yang selama ini selalu bikin cici marah. Tadi waktu Peter pergi dari rumah, Peter sadar kalau Peter salah selama ini. Ga belajar sungguh-sungguh. Padahal papa sudah bekerja keras untuk Peter. Peter janji mulai dari sekarang Peter akan berusaha jadi anak yang baik. Berusaha ga akan main game online lagi dan akan rajin belajar. Ini kado ulang tahun dan permintaan maaf dari Peter untuk cici. Peter sayang cici. Semoga Tuhan selalu memberkati cici.
***

                Setelah mendengar suara yang keluar dari boneka itu, Paula terduduk lemas. Air mata keluar dari matanya yang sipit. Masih teringat jelas keributan yang terjadi antara dirinya dan Peter sebelum Peter pergi dari rumah sore tadi.
“Ma, aku mau pergi dulu ya.” Ucap Peter kepada mamanya yang ada di dapur.
“Mau kemana ?” Tanya Paula yang tiba-tiba menghampiri adik semata wayangnya yang sudah siap dengan jaket ditubuhnya dan kunci motor yang dipegangnya.
“Mau ke warnet sama temen ci.”
“Main aja terus tiap hari. Bukannya sekolah yang bener. Kamu ga boleh pergi. Mana sini kunci motornya.”
“Uda deh urusin aja urusan cici sendiri. Ga perlu urusin saya.”
“Kamu tuh ya anak yang ga tau diri. Tiap hari kerjaannya main aja. Kamu tuh harus sekolah yang bener. Apa kamu ga tau papa banting tulang buat bayar uang sekolah kamu.” Ucap Paula dengan nada yang tinggi.
“Terus, apa urusannya sama cici ?” Tanya Peter dengan menantang.
“Dasar anak ga berguna. Mati aja sana. Ga ada gunanya juga kamu hidup di dunia ini.” Teriak Paula dengan marah.
Tanpa memperdulikan perkataan kakaknya, Peter keluar meninggalkan rumah menggunakan motor kesayangannya.
***
Paula duduk di samping ranjang adiknya. Ditatapnya adik semata wayangnya yang sedang terbaring koma ini dengan wajah yang sedih. Padahal baru beberapa jam yang lalu ia memarahi adiknya karena adiknya selalu bermain game online, ternyata kini adiknya terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan mesin elektrokardiograf (EKG) terpasang di tubuhnya. Andai saja ia dapat mengulang waktu, ia ingin memaksa adiknya untuk tidak pergi dan diam di rumah. Paula bertanya-tanya dalam hati apakah mungkin kecelakaan adiknya ini berhubungan dengan apa yang sudah ia katakan kepada adiknya agar ia mati saja ? Andai saja ia dapat mengulang waktu, ia tidak akan mengatakan hal yang buruk itu kepada adiknya.
Paula sadar ia juga telah gagal menjadi seorang kakak yang baik bagi Peter. Seharusnya sebagai kakak, ia dapat membimbing adiknya dengan baik, memberikan teladan yang baik untuk Peter. Mengingatkan dan menasihati Peter dengan lemah lembut, bukan dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya. Andai saja dia dapat mengulang waktu. Namun, ini sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Peter sudah mengalami kecelakaan dan sedang berjuang antara hidup dan mati. Ia hanya berharap diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan untuk dapat melihat Peter bangun dari komanya dan meminta maaf kepada Peter atas perkataan buruk yang sudah dikatakan kepada adiknya itu. Andai Tuhan memberikan kesempatan kedua kepadanya untuk melihat adiknya hidup, ia janji akan menjadi kakak yang baik bagi adik yang sangat dikasihinya itu. >>Lucy1188
***

Hidup ini adalah anugerah. Kita ga tau kapan waktu kita akan habis. Begitu juga dengan semua orang yang kita kasihi, kita ga tau kapan waktu mereka akan habis di dunia ini. Namun selama masih ada waktu, gunakanlah itu dengan baik. Sehingga ketika waktunya sudah tiba, kita ga menyesal.

Dipublikasikan di Wave Newsletter Bulletin 7th Edition






No comments:

Post a Comment