“Ci,
Peter kok belum
pulang juga ya ? Padahal sekarang sudah hampir jam 10 malam.” Tanya Papa pada
anak gadisnya, Paula.
“Palingan
juga main dulu, pa.” Lanjut Paula dengan kesal, “Apalagi sih kerjaan dia selain
main.”
“Ya,
tapi kan sekarang uda malem ci. Biasanya juga Peter ga pernah pulang sampai
semalam ini.” Lanjut Mama Paula dengan khawatir, “Coba kamu telepon ke
handphone-nya. Tanyain sekarang dia lagi ada dimana.”
Ia menuruti perkataan mamanya
dan mencoba menghungi handphone Peter. Berkali-kali Paula menghubungi handphone
Peter, namun Peter tidak mengangkatnya. Mengetahui bahwa handphone Peter tidak
dapat dihubungi membuat mereka menjadi sangat khawatir. Tiba-tiba telepon rumah
mereka berbunyi. Papa yang duduk tidak jauh dari pesawat telepon segera
mengangkatnya.
“Selamat malam, bisa bicara dengan orang tua Peter ?”
Sebuah suara terdengar di ujung telepon.
“Ya, saya dengan papanya.”
“Pa, kami dari kantor polisi ingin memberitahukan bahwa
putra bapak mengalami kecelakan dan sekarang sedang ada di ICU rumah sakit xxx
karena mengalami luka yang sangat parah.”
“Baik saya akan segera kesana.”
Jawab Papa dengan gemetar.
***
Mendengar berita itu Paula
beserta kedua orang tuanya segera pergi ke rumah sakit untuk menemui Peter.
Paula sangat kaget mendengar Peter mengalami kecelakaan. Padahal baru saja
sebelum Peter pergi mereka sempat bertengkar. Paula bertengkar dengan Peter
karena akhir-akhir ini Peter selalu membuat kesal dirinya dengan kelakuannya.
Ada-ada saja kelakuan adiknya ini yang ingin membuatnya marah.
“Pa,
kami adalah keluarga dari Peter.” Ucap Papa kepada petugas polisi yang berdiri
di depan ruangan ICU, “Bagaimana keadaan Peter saat ini ? Apakah dia baik-baik
saja ?”
“Dokter
sedang memeriksa keadaannya. Kepalanya mengalami benturan keras dengan aspal,
tubuhnya penuh dengan luka. Silakan ditunggu, Pa. Semoga tidak ada sesuatu yang
buruk terjadi dengan anak ini.”
“Bagaimana
kejadiannya sampai anak saya bisa mengalami kecelakaan seperti ini ?” Tanya
Mama sambil menangis.
“Anak
bapak menghindari mobil yang melaju ke arahnya dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Kemungkinan pengemudi mobil itu sedang dalam keadaan mabuk.” Lanjut Pa
Polisi, “Oh ya, barang ini saya temukan di motornya Peter. Barangkali Bapak dan
Ibu mengenalinya.”
Mendengar apa yang dikatakan oleh polisi membuat mama menangis. Papa segera membuka bungkusan yang diberikan oleh pa polisi itu.
Bungkusan itu berwarna ungu. Di dalamnya terdapat sebuah kue tart yang sudah
hampir hancur karena terjatuh dari motor. Ada juga sebuah bungkusan lain yang
berisi sebuah boneka teddy bear.
“Siapa
yang ulang tahun, pa ?” Tanya Paula.
“Papa
juga ga tau.” Lanjutnya, “Mungkinkah ini untuk kamu, Pau. Besok kan kamu ulang
tahun.”
“Mana coba
aku liat, Pa.” Lanjut Paula sambil mengambil boneka itu dari tangan papa.
Paula memegang boneka teddy bear
berwarna cokelat itu dengan gemetar. Dipegangnya perut boneka itu dan
ditekannya karena boneka ini adalah sejenis boneka yang dapat mengeluarkan
suara apabila perutnya ditekan. Terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing
lagi di telinga Paula.
Cici sayang, selamat ulang tahun. Semoga panjang umur. Maafin Peter
yang selama ini selalu bikin cici marah. Tadi waktu Peter pergi dari rumah,
Peter sadar kalau Peter salah selama ini. Ga belajar sungguh-sungguh. Padahal
papa sudah bekerja keras untuk Peter. Peter janji mulai dari sekarang Peter
akan berusaha jadi anak yang baik. Berusaha ga
akan main game online lagi dan akan rajin belajar. Ini kado ulang tahun dan
permintaan maaf dari Peter untuk cici. Peter sayang cici. Semoga Tuhan selalu
memberkati cici.
***
Setelah mendengar suara yang
keluar dari boneka itu, Paula terduduk lemas. Air mata keluar dari matanya yang sipit. Masih teringat
jelas keributan yang terjadi antara dirinya dan Peter sebelum Peter pergi dari
rumah sore tadi.
“Ma, aku
mau pergi dulu ya.” Ucap Peter kepada mamanya yang ada di dapur.
“Mau
kemana ?” Tanya Paula yang tiba-tiba menghampiri adik semata wayangnya yang
sudah siap dengan jaket ditubuhnya dan kunci motor yang dipegangnya.
“Mau ke
warnet sama temen ci.”
“Main
aja terus tiap hari. Bukannya sekolah yang bener. Kamu ga boleh pergi. Mana
sini kunci motornya.”
“Uda deh
urusin aja urusan cici sendiri. Ga perlu urusin saya.”
“Kamu
tuh ya anak yang ga tau diri. Tiap hari kerjaannya main aja. Kamu tuh harus sekolah yang bener.
Apa kamu ga tau papa banting tulang buat bayar uang sekolah kamu.” Ucap Paula
dengan nada yang tinggi.
“Terus,
apa urusannya sama cici ?” Tanya Peter dengan menantang.
“Dasar
anak ga berguna. Mati aja sana. Ga ada gunanya juga kamu hidup di dunia ini.”
Teriak Paula dengan marah.
Tanpa
memperdulikan perkataan kakaknya, Peter keluar meninggalkan rumah menggunakan
motor kesayangannya.
***
Paula duduk di samping
ranjang adiknya. Ditatapnya adik semata wayangnya yang sedang terbaring koma
ini dengan wajah yang sedih.
Padahal baru beberapa jam yang lalu ia memarahi adiknya karena adiknya
selalu bermain game online, ternyata kini adiknya terbaring lemah di ranjang
rumah sakit dengan mesin elektrokardiograf (EKG) terpasang di tubuhnya. Andai
saja ia dapat mengulang waktu, ia ingin memaksa adiknya untuk tidak pergi dan
diam di rumah. Paula
bertanya-tanya dalam hati apakah mungkin kecelakaan adiknya ini berhubungan
dengan apa yang sudah ia katakan kepada adiknya agar ia mati saja ? Andai saja
ia dapat mengulang waktu, ia tidak akan mengatakan hal yang buruk itu kepada
adiknya.
Paula sadar ia juga telah gagal
menjadi seorang kakak yang baik bagi Peter. Seharusnya sebagai kakak, ia dapat
membimbing adiknya dengan baik, memberikan teladan yang baik untuk Peter.
Mengingatkan dan menasihati Peter dengan lemah lembut, bukan dengan kata-kata
kasar yang keluar dari mulutnya. Andai saja dia dapat mengulang waktu. Namun,
ini sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Peter sudah mengalami kecelakaan
dan sedang berjuang antara hidup dan mati. Ia hanya berharap diberikan
kesempatan kedua oleh Tuhan untuk dapat melihat Peter bangun dari komanya dan
meminta maaf kepada Peter atas perkataan buruk yang sudah dikatakan kepada
adiknya itu. Andai Tuhan memberikan kesempatan kedua kepadanya untuk melihat
adiknya hidup, ia janji akan menjadi kakak yang baik bagi adik yang sangat
dikasihinya itu. >>Lucy1188
***
Hidup ini adalah anugerah. Kita ga tau kapan waktu kita
akan habis. Begitu juga dengan semua orang yang kita kasihi, kita ga tau kapan
waktu mereka akan habis di dunia ini. Namun selama masih ada waktu, gunakanlah
itu dengan baik. Sehingga ketika waktunya sudah tiba, kita ga menyesal.
Dipublikasikan di Wave
Newsletter Bulletin
7th Edition
No comments:
Post a Comment