Sebagai anak Tuhan kita pasti rindu memiliki iman yang sejati. Namun, seringkali anak Tuhan yang ngakunya rajin ke
gereja, rajin baca alkitab, dan mungkin juga rajin pelayanan bisa saja memiliki
iman yang salah. Tentu dong sebagai anak Tuhan yang punya kerinduan untuk
berjalan bersamaNya dan punya hidup yang menyenangkan hatiNya, kita rindu
memiliki iman yang sejati di dalam hidup ini. Setuju ? Lalu bagaimana caranya
agar kita memiliki iman yang sejati itu ?
Kalau bicara tentang
iman yang sejati, saya sangat terinpirasi sekali dengan Bapa Abraham. Ya,
beliau adalah Bapa orang beriman. Dan menurut saya beliau pantas mendapatkan
gelar itu karena memang di dalam hidupnya, Abraham adalah orang yang
sungguh-sungguh memiliki kepercayaan yang mutlak kepada Allah, sekalipun di
dalam hidupnya beliau juga bukanlah orang yang sempurna. Namun, kita bisa
belajar banyak bagaimana beriman kepada Tuhan seperti yang sudah diteladankan
di dalam hidupnya. Bagaimana kita bisa tau bahwa Abraham sungguh-sungguh
memiliki hati yang percaya kepada Tuhan ? Setidaknya saya menemukan 3 hal yang
dapat membuat kita melihat bahwa Abraham sungguh-sungguh percaya kepada Allah.
1.
Ia percaya bahwa Allah berdaulat di dalam
hidupnya (Kejadian 12)
Tiba-tiba
suatu hari Tuhan memerintahkan kamu untuk pergi dari rumahmu, meninggalkan semua
barang kepunyaan kamu, meninggalkan semua sanak kerabat kamu, meninggalkan
kenyamanan kamu dan pergi ke suatu tempat yang Tuhan akan berikan buat kamu.
Masalahnya Tuhan ga kasih tahu sama kamu nama tempatnya. Kamu hanya harus taat,
pergi meninggalkan itu semua dan mengikuti pimpinan Tuhan kemanapun Ia menyuruh
kamu untuk melangkah. Apakah kamu akan menurutinya ?
Saya yakin
hampir semua dari kita akan langsung diam dan menimbang-nimbang apa yang harus
dilakukan. Sebagian dari kita akan langsung menawar sama Tuhan, “Saya mau taat
sama perintahMu. Tapi kasih tau dong tempatnya dimana dengan jelas. Supaya saya
ga nge-blank dan saya tau saya mau
pergi kemana.”
Namun, Abraham memiliki respon
yang berbeda. Lalu apakah responnya ?
“Lalu pergilah Abram seperti yang
difirmankan Tuhan kepadanya,...” Kejadian 12:4 (TB)
Setelah Tuhan
memerintahkan Abraham pada ayat 1-3, tanpa banyak pertanyaan atau keragu-raguan
Abraham segera pergi meninggalkan bangsanya. Pada mulanya Abraham tinggal di
Ur-Kasdim. Ur-Kasdim terletak di sekitar daerah Mesopotamia dan peradaban di
tempat itu sudah maju pada zaman itu. Coba bayangkan dengan keadaan tempat
tinggal yang nyaman seperti itu, Abraham diperintahkan Tuhan untuk pergi
meninggalkan semuanya. Bahkan dia harus pergi tanpa tahu dia harus pergi
kemana. Namun karena iman, Abraham taat. Ia percaya kemanapun dia pergi dan
apapun yang terjadi itu semua ada dalam kedaulatanNya Tuhan.
Mungkin saat ini kamu kuliah atau bekerja di
tempat atau bidang yang tidak kamu harapkan. Mungkin kamu sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk mencapai apa yang kamu impikan, namun kamu gagal. Apakah pada
saat itu kamu akan tetap bersyukur kepada Tuhan, tetap berusaha yang terbaik
dan percaya bahwa Ia berdaulat dalam hidupmu ?
2.
Ia percaya bahwa Allah adalah Allah yang setia (Kejadian
15)
Umur
Abraham dan Sara sudah tua. Lalu suatu hari Abraham berkata kepada Tuhan buat
apa Tuhan memberikan kekayaan yang sangat banyak kepadanya. Toh, dia akan mati
tanpa memiliki keturunan dan kekayaan itu akan jatuh kepada hambanya. Tapi
Tuhan berfirman :
“Orang ini tidak akan
menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli
warismu. Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat
menghitungnya. Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Kejadian 15:4-5 (TB)
Kalau
Abraham dan Sara masih dalam usia produktif, kita pasti akan percaya bahwa
mereka pasti bisa punya anak. Tapi masalahnya pada saat Tuhan berfirman,
Abraham sudah berumur lebih dari 75 tahun dan Sara lebih dari 60 tahun. Dan
yang lebih parahnya lagi, Sara Mandul.
Coba
bayangkan kalau suatu hari ada kakek nenek yang belum punya keturunan datang
kepada kamu dan berkata kalau mereka akan segera punya bayi. Pasti kamu akan
segera berpikir bahwa mereka sudah gila. Mana mungkin orang yang sudah sangat
tua, kulitnya sudah keriput, jalannya sudah rada bongkok, dan sudah mati haid
akan memiliki bayi yang akan lahir dari rahimnya.
Namun,
respon Abraham berbeda :
“Lalu percayalah Abram
kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran”
Kejadian 15:6 (TB)
Abraham
tetap percaya kepada Tuhan sekalipun itu adalah hal yang mustahil terjadi.
Mengapa demikian ? Saya yakin karena dia mengenal AllahNya dengan baik dan dia
tau bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang setia dan tidak pernah ingkar
janji. Memang di dalam prosesnya, Allah tidak langsung memberikan apa yang Dia
janjikan kepada Abraham. Abraham harus menunggu janji Tuhan selama lebih dari
10 tahun. Namun, seperti yang kita tahu, pada akhirnya Tuhan menepati janjiNya
dan memberikan anak kepada Abraham dan Sara.
Bagaimana
dengan kamu ? Apakah kamu sedang menantikan jawaban doa-mu ? Jawaban doa yang
sudah kamu tunggu-tunggu sekian lama namun belum Tuhan jawab. Mungkin kamu
merasa lelah, takut, kuatir, ingin menyerah, dan kamu mungkin berpikir Tuhan
tidak mendengar doa-mu. Apakah pada saat itu kamu akan tetap mencari Tuhan,
mencari apa yang menjadi kehendakNya dalam hidupmu ? Atau apakah kamu lebih
memilih untuk pergi meninggalkanNya dan berjalan menurut kehendakmu ?
3.
Ia percaya bahwa Tuhan akan menyediakan
(Kejadian 22)
Yes, akhirnya Tuhan menjawab doa
Abraham. Di masa tuanya, waktu dimana seharusnya dia sudah menimang cucu,
akhirnya dia dapat menimang anaknya sendiri. Anak yang lahir dari kandungan
istrinya Sara yang telah sama-sama tua, mandul dan mati haid. Namun,
tiba-tiba...
“Ambillah anakmu yang
tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilan ke tanah Moria dan
persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang
akan kukatakan kepadamu.” Kejadian 22:2 (TB)
Coba deh kamu tanyakan kepada pasangan suami istri yang sudah lama
menantikan lahirnya anak dalam keluarga mereka, namun tiba-tiba setelah anak
yang mereka nantikan itu lahir, mereka harus membunuh dan mempersembahkan
kepada Tuhan. Kira-kira bagaimanakah perasaan mereka ? Saya yakin pasti mereka
akan merasa seperti disambar petir di siang bolong. Kaget, syok, dan terpukul
sekali. Mungkin mereka tidak mau taat, karena ini anak mereka satu-satunya,
anak yang sangat mereka idam-idamkan, anak yang mereka tunggu bertahun-tahun.
Namun, respon Abraham berbeda. Bahkan ketika Ishak bertanya
kepadanya, ia berkata :
“Allah
yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagiNya, anakku.”
Kejadian 22:8 (TB)
Ia percaya bahwa Tuhan yang akan menyediakan anak domba itu. Di tengah kesedihan dan ketakutannya, Abraham TETAP taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
“Sesudah
itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih
anaknya.” Kejadian 22 : 10 (TB)
Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan menyediakan semuanya untuk kita ?
Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita ?
Lalu bagaimana caranya
agar kita dapat memiliki iman yang sejati seperti yang Abraham miliki ? Tentu
saja yang paling utama adalah kita memiliki
hubungan yang pribadi dengan Tuhan. Setiap hari kita harus membangun
hubungan itu bersama dengan Tuhan. Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan itu
memerlukan kerja keras dan ketekunan. Membangun kehidupan saat teduh kita,
Membangun kehidupan doa kita. Namun, selain itu kita juga harus taat melaksanakan perintah Tuhan yang
kita baca dan renungkan dalam Alkitab. Percuma saja kita rajin baca Alkitab
kalau kita ga pernah melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita
membangun hubungan dengan Tuhan dan taat kepada FirmanNya, iman kita akan
semakin bertumbuh.
Dan apakah hasil yang didapat oleh Bapa Abraham untuk imannya itu ?
“Aku bersumpah demi diriKu sendiri –demikianlah Firman Tuhan- : karena
engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan
anakmu yang tunggal kepadaKu, maka aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah
dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti
pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh
keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau
mendengarkan FirmanKu.” Kejadian 22:16-18 (TB)
Ketika kamu memilih
untuk taat dan beriman kepada Tuhan, mungkin kamu harus membayar harga yang
mahal. Terkadang kamu harus membuat pilihan yang sebenarnya tidak kamu
inginkan, pilihan antara melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan atau apa
yang kamu kehendaki. Mungkin juga kamu harus menunggu bertahun-tahun untuk
mendapat jawaban doamu. Ada harga yang harus dibayar untuk ketaatanmu kepada
Tuhan. Namun, sama seperti Bapa Abraham, ketika beliau memilih untuk taat dan
beriman kepada Tuhan. Kita dapat lihat hasilnya, ia sangat diberkati oleh Tuhan
bahkan melalui dia bangsa-bangsa lain juga diberkati.
Sekarang pilihannya
ada di tanganmu. Apakah kamu hanya ingin menjadi seorang Kristen yang biasa-biasa
saja atau kamu mau hidupmu dipakai Tuhan dengan luar biasa dan hidupmu dapat
menjadi kesaksian yang memberkati banyak orang. Apakah yang akan kamu pilih?
(sudah diterbitkan di Wave Newsletter Juli 2015. Dengan sedikit perubahan)
No comments:
Post a Comment