Clara
menyusuri Orchard Road sendirian. Dia
berencana untuk mengikuti Kebaktian Malam Natal di gerejanya. Dia memilih untuk
jalan kaki karena dia ingin meraskan suasana malam Natal. Pada malam Natal, Orchard Road tampak ramai dihiasi
lampu-lampu & pohon Natal. Selain itu ada banyak orang disini. Ada sebuah
keluarga yang sedang makan malam di sebuah restoran. Ada juga sepasang kekasih
yang berjalan sambil bergandengan tangan sambil tersenyum bahagia. Semuanya
tampak sangat indah malam ini.
Clara
tersenyum getir melihat keadaan di sekelilingnya. Diingatnya malam Natal tahun
lalu, dia pernah berkata kalau malam Natal tahun berikutnya dia tidak akan
sendiri lagi, dia akan menyusuri Orchard
Road bersama pacarnya untuk mengikuti kebaktian. Namun, apa dikata
lagi-lagi pada malam ini dia masih sendiri. Dia sering bertanya-tanya apa yang
salah dengan dirinya, sehingga di umurnya yang ke-25 ini dia masih sendiri. Andaikan
saja waktu itu dia menerima cinta dari pria itu, tentu saat ini dia tidak akan
sendiri lagi...
***
Beberapa minggu
yang lalu...
“Clara, aku senang
dengan pertemanan kita selama ini. Aku merasa cocok dan nyaman waktu bersama
kamu. Mau ga kamu jadi pacarku ?” Tanya Dika.
Clara kaget mendengar
perkataan Dika. Dia tidak tau harus menjawab apa. Sejujurnya Clara tertarik
dengan Dika. Dika orang yang baik dan sopan. Namun, ada satu hal yang
membuatnya bergumul. Dika tidak percaya Tuhan Yesus. Clara sering mengajak Dika
untuk pergi ke gereja, namun Dika selalu menolak. Dika bilang dia sudah yakin
dengan apa yang dipercayainya. Ia bilang tidak masalah kalau dia memiliki pacar
yang berbeda agama. Dia tidak akan memaksa pacarnya untuk mengikuti agama yang
dia anut, begitu juga dia tidak akan pindah mengikuti agama pacarnya.
“Maaf Dika, aku ga
bisa menerima perasaan kamu. Sepertinya kita lebih cocok jadi teman saja.” Ucap
Clara dengan sedih.
“Kenapa ? Apa
alasan kamu menolak saya ? Apa yang kurang dari diri saya ?”
“Kamu ga kurang
apa-apa. Kamu orang yang baik. Tapi aku tidak bisa bersama kamu”
“Apa karena kita
berbeda keyakinan ? Ga masalah buat aku kalau kamu mau ke gereja. Aku ga akan
maksa kamu untuk ikut apa yang saya percayai.”
“Aku ngerti dan
percaya kamu ga akan maksa untuk mengikuti keyakinan kamu. Tapi sejak dulu aku selalu
bermimpi akan berpacaran dan menikah dengan seseorang yang percaya dan
mengasihi Tuhan Yesus.”
“Baik kalau itu
keputusanmu. Sesungguhnya saya ga ngerti dengan pikiran kamu tapi aku hargai
keputusan kamu.” Ucap Dika.
***
“Clar, gimana
uda resmi sama Dika ?” Tanya Marsha.
“Emang gw sama
dia ada hubungan apa gitu ?”
“Ya elah ini
anak pura-pura bodoh. Uda jadian belum ? Gw denger dari Bryan kalau Dika mau
nembak loe hari ini.”
“Gw nolak dia, Mar.”
Ucap Clara dengan sedih.
“Apa yang kurang
dari dia, Clar ? Dia orang yang baik.”
“Tapi dia ga percaya
sama Tuhan Yesus, Mar.”
“Kalau menurut
gw, ga masalah kalian jadian dulu. Siapa tau nanti dia mau ikut loe ke gereja
dan kenal sama Tuhan.” Ucap Marsha meyakinkan Clara, sahabatnya, “Susah lho
Clar nemuin cowo yang kaya Dika.”
“Kita pernah
ngobrol tentang hal ini, Mar. Dia bilang ke gw kalau kita jadian, dia ga akan
pindah agama dan dia juga ga maksa gw untuk ikut agamanya dia.”
“Ya bagus dong
Clar. Lagipula kita kan ga ada yang tau apa yang akan terjadi di depan. Siapa
tau suatu hari nanti hatinya luluh dan dia mau kenal sama Tuhan Yesus.”
“Tapi nanti
keluarga seperti apa yang akan kita bangun kalau dari awal nilai-nilainya uda
beda ? Emang ga ada yang mustahil buat Tuhan untuk mengubah dia. Tapi dari dulu
gw selalu bermimpi kalau gw akan pacaran dan menikah dengan seorang pria yang
sungguh-sungguh cinta Tuhan. Gw bermimpi akan membangun sebuah keluarga yang
cinta Tuhan dan menyenangkan hatiNya. Itulah makanya kenapa gw nunggu sampai
hari ini dan ga asal jadian. Karena gw mau lewat kisah cinta gw, nama Tuhan
dipermuliakan.”
“Inget Clar,
umur loe uda 25. Uda bukan waktunya lagi buat pilih-pilih. Apalagi di depan
mata uda ada calon yang bagus. Jangan karena dia ga percaya sama Tuhan, loe
lewatin kesempatan ini. Nanti nyesel lho.”
“Mungkin gw akan
menyesal melewatkan seseorang yang berkualitas seperti Dika. Tapi gw lebih
menyesal lagi kalau gw membuat Tuhan Yesus sedih.”
***
“Tuhan Yesus lahir ke dalam dunia ini untuk
memberikan kepada kita harapan. Kita yang berdosa dan terpisah dari Allah
memiliki harapan untuk bisa kembali memiliki hubungan dengan Allah. Dan
pengharapan ini bukan bicara tentang keselamatan dan hidup kekal saja. Namun,
berbicara tentang seluruh aspek dalam kehidupan kita. Tuhan peduli kepada
kalian semua bahkan sampai pada hal yang terkecil sekalipun dalam hidup kalian.
Apapun masalah kalian saat ini, tetaplah percaya dan berharap kepada Tuhan.
Karena pengharapan di dalam Tuhan tidaklah sia-sia. Mari kita berdoa.” Ucap
Pendeta yang membawakan Firman Tuhan.
Clara
pulang dari gereja dengan semangat yang baru. Firman Tuhan malam ini sungguh
menguatkan dia. Dia percaya bahwa di dalam Tuhan ada harapan. Dia percaya
penantiannya di dalam Tuhan tidak akan sia-sia. Kalau hidupNya saja sudah Dia
berikan bagi Clara. Apalagi yang tidak akan Tuhan berikan buat dia. Buat Tuhan,
masalah pasangan hidup itu masalah yang sepele. Tuhan bisa berikan kepada Clara
saat ini juga. Tapi kalau sampai Tuhan belum berikan, pasti ada rencana yang
jauh lebih baik dan lebih indah dari apa yang dapat dia pikirkan. Sekalipun
saat ini dia belum bisa melihat apa yang jadi mimpinya jadi kenyataan, tapi dia
percaya di dalam Tuhan selalu ada harapan.
***
No comments:
Post a Comment