17 November 2015

If Time Can Go Back

    Mata yang biasa memancarkan binar kehidupan itu kini terkatup rapat. Tidak ada lagi sinar nakal yang keluar dari matanya. Wajah yang selalu penuh dengan senyuman itu kini sudah tidak ada  lagi digantikan dengan bibir yang terkatup rapat. Tubuh yang dulu begitu aktif kini sudah tidak ada lagi digantikan dengan tubuh yang terdiam kaku di dalam peti mati.
   Gadis itu mencoba untuk membangunkan pria yang ada di dalam peti mati itu. Dia berteriak-teriak akan memaafkan pria itu. Gadis itu bilang dia menyesal dan dia berharap andai waktu dapat diulang. Namun, semua itu tidak ada gunanya. Tubuh itu tetap diam, kaku dan dingin...
***

3 hari yang lalu..
    Angin berhembus pelan diikuti benda-benda putih kecil berjatuhan dari langit. Namun, kedua remaja itu seolah-olah tidak peduli dengan dinginnya udara siang ini. Cheryl dan William sibuk membuat boneka dari butiran-butiran salju yang turun dari langit. Cheryl sibuk mendekorasi boneka saljunya sedangkan William mengumpulkan salju dan membawakannya kepada Cheryl. Tiba-tiba William melihat Cheryl yang sedang asyik dengan tugasnya dan terpikirkan niat usil. Ia lalu membuat bola dari butiran salju dan dengan sengaja ia melemparkannya ke arah gadis mungil yang sedang sibuk mengamati boneka salju buatan mereka. Cherly mencoba menghindari bola salju yang dilemparkan William ke arahnya, namun malah membuat ia menabrak boneka salju yang terletak dekat dengan tempatnya berdiri.
“William jail. Liat tuh kan boneka saljunya jadi hancur. Padahal kan uda hampir selesai.” Ucap Cheryl dengan marah.
“Maaf. Kita main lempar bola salju aja yuk.” Ucap William dengan perasaan bersalah.
“Ga mau. Aku mau pulang aja. Uda cape-cape buat boneka salju eh malah dihancurin.” Ucap Cheryl.
“Ya, jangan marah dong Cher.” Lanjut William dengan wajah minta dikasihani, “Aku kan Cuma becanda.”
“Ga lucu tau. Kamu selalu aja bikin aku kesel. Udah mulai saat ini aku ga mau main sama William lagi.” Ucap Cheryl dengan marah sambil meninggalkan William yang kaget dengan sikapnya Cheryl.
***

"William bangun. Kita harus segera pergi.” Ucap Mama William membangunkan putra tunggalnya yang sedang tidur nyenyak.
“Hoaemmm... Kita mau pergi kemana ma ?” Ucap William yang masih mengantuk.
“Kita mau pulang ke rumah opa dan oma.”
“Rumah opa dan oma kan jauh di Indonesia. Kita mau kesana ?”
“Ya, mama sudah belikan tiket pesawat untuk kita berdua. Kita tidak punya waktu lagi, kita harus pergi sekarang.” Lanjut mama dengan wajah sedih, “Ayo kita pergi sebelum papamu pulang. Mama sudah siapkan barang-barangmu.”
      William melihat wajah mamanya yang lebam seperti kena tamparan. Memang papa dan mamanya tidak pernah akur. Setiap pagi papanya akan pulang dengan keadaan mabuk, ia pulang mencari mama dan meminta uang kepada mama. Namun, apabila mama tidak memberikannya maka mama akan dipukuli oleh papanya. William mencoba melindungi mamanya, namun mamanya berusaha melindungi dirinya sehingga mamanya dipukul semakin keras oleh papanya.
“Ma, tapi ini kan masih malam.”
“Ya nak. Ini adalah kesempatan kita yang terakhir untuk pergi dari neraka ini.” Ucap mama sambil menangis, “Kita tidak punya waktu lagi. kalau kita tidak buru-buru papamu akan menemukan kita.”
“Tapi ma, aku ingin mengucapkan selamat tinggal dengan Cheryl.” Lanjut William, “Aku harus pergi ke rumahnya.”
“Ya nak, kita akan kesana sebelum kita pergi."

***

Tok..Tok..Tok Klik.. Suara pintu dibuka.
“Tante, bolehkah saya bertemu dengan Cheryl ?” Ucap William
“Boleh. Silahkan masuk Wil.”
        William masuk dan segera menuju kamar Cheryl.
Tok.. Tok.. Tok..
“Siapa ?” Terdengar suara seorang gadis dari dalam kamar.
“Ini aku, William.”
“Pulang Wil. Aku ga mau ngomong sama kamu. Aku benci sama kamu.”
“Cher, maafin aku. Aku emang banyak salah sama kamu.”
“Aku ga peduli. Aku ga mau temenan lagi sama kamu.”
“Cher, maafin aku yah. Mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bertemu. Aku pergi.” Ucap William dengan sedih sambil memasukkan selembar kertas ke dalam lubang pintu kamar Cheryl.
***

         Cheryl diam di dalam kamarnya dengan bimbang. Didengarnya suara William di depan kamarnya. Namun, dia sangat kesal dengan sikap William kepadanya. Cheryl berpikir mungkin saat ini William sedang mengerjainya juga seperti yang biasa dia lakukan kepada Cheryl. Cheryl berpikir sekali-kali dia harus memberi pelajaran kepada temannya ini agar tidak seenaknya mengerjai orang.
     Cheryl melihat ada sebuah kertas yang masuk melalui lubang pintu kamarnya. Segeranya diambil kertas itu dan dibukanya...

Dear Cheryl,
Cher, aku minta maaf.
Aku selalu melakukan hal yang salah dan membuatmu marah.
Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu. Namun, aku selalu tidak sanggup untuk mengatakannya.
Ada banyak hal yang manis yang ingin aku tunjukkan padamu. Namun, aku selalu takut untuk melakukannya malahan aku melakukan hal-hal yang buruk dan membuatmu marah.
Aku memang pengecut karena tidak mampu mengungkapkan perasaan yang ada di hatiku.

Kamu ingat waktu aku bilang kamu jelek saat festival beberapa bulan yang lalu. Sesungguhnya saat itu aku malu mengakui bahwa kamu tampil sangat cantik pada malam itu.
Kamu pasti tau kalau aku selalu menggoda dan meledekmu, namun itu karena aku malu menunjukan bahwa sesungguhnya aku peduli padamu.
Kamu tau aku ingin membuat kamu tertawa saat berada bersamaku. Namun, karena ketakutanku, membuat aku melakukan hal yang sebaliknya.

Ini adalah surat terakhirku. Karena malam ini aku akan terbang bersama mamaku ke rumah kakek nenekku yang ada di Indonesia. Dan mungkin ini adalah kesempatan terakhir untuk aku mengatakan bahwa aku ....

Menyukaimu...

Maaf karena selama ini aku tidak mampu untuk mengungkapkannya.
Aku hanya ingin minta maaf.
Aku berharap kamu mau memaafkan aku dan aku berharap suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi.

Your Friend,
William
***

“Ma, Cheryl harus pergi ke bandara sekarang.” Ucap Cheryl panik.
“Ada apa Cher ? Tenang dulu.”
“William, ma. William mau pergi ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi kesini. Cheryl harus menemui dia. Cheryl harus bilang sesuatu kepadanya.” Ucap Cheryl dengan wajah hampir menangis.
“Baik, ayo kita pergi.”
     Mama segera masuk ke mobil dan melajukan kendaraan. Mama bilang William belum pergi terlalu lama. Mungkin mereka masih bisa menyusulnya. Jalan malam ini tampak lenggang. Hanya ada beberapa pengendara yang melajukan kendaraan mereka. Tiba-tiba Cheryl melihat ada mobil polisi dan ambulance di depan sana. Sepertinya telah terjadi sebuah kecelakaan. Cheryl melihat ada dua tubuh yang diangkut ke dalam mobil ambulans dengan ditutupi selimut putih. Cheryl melihat mobil yang sudah rusak terhantam bahu jalan itu dan sepertinya dia mengenali plat nomor mobil itu...
“Ma, berhenti. Itu mobil Mamanya William.”
     Cheryl segera berlari menuju tubuh seorang pria yang dibawa menuju ambulan. Namun, polisi yang ada disana melarang Cheryl.
“Maaf, dik. Anda tidak diijinkan untuk memasuki lokasi kecelakaan.” Ucap polisi dengan wajah tegas.
“Apa yang terjadi pak ?” Tanya Mama Cheryl.
“Mobil ini melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi dan menabrak bahu jalan.”
“Bagaimana keadaan penumpangnya ?”
“Mereka berdua sudah meninggal ketika kami datang.”
“TIDAKKKK....” Tangis Cheryl sambil terduduk di trotoar.
***

Kita tidak akan pernah tau kapan waktunya kita berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi. Oleh karena itu selama masih ada waktu...
Kasihilah mereka sebelum kita tidak memiliki kesempatan untuk mengasihi mereka.
Maafkan kesalahan mereka sebelum mereka tidak sempat lagi mendengar kata maaf dari kita.
Berikan perlakuan dan perkataan terbaik yang bisa kita lakukan dan katakan kepada mereka.
Karena kita tidak akan pernah tau kapan waktunya...



No comments:

Post a Comment