“Bagaimana keadaan orang
Yahudi yang terluput dari penawanan ? Bagaimanakah keadaan Yerusalem saat ini
?” Tanya Nehemia.
“Orang-orang yang masih
tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran
besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan
pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.” Ucap Hanani, saudara Nehemia beserta
beberapa orang yang bersamanya.
Setelah mendengar hal itu
Nehemia menangis dan berkabung selama beberapa hari. Dia berdoa dan berpuasa
kepada Allah semesta langit. Ia begitu sedih mendengar keadaan bangsanya dan
negaranya yang begitu menyedihkan.
Siapa yang pernah tinggal di luar negeri, baik itu untuk sekolah maupun
untuk bekerja. Sekalipun disana kita hidup nyaman, tapi pasti ada rasa rindu dengan
tanah kelahiran kita. Apalagi kalau kita mendengar bencana demi bencana melanda
tanah kelahiran kita itu, tentu saja seharusnya hati kita menjadi sedih dan
berduka. Hal ini jugalah yang dialami oleh Nehemia.
Nehemia adalah anak Hakalya. Ia adalah juru minuman Raja Persia, Raja
Artahsasta I (465-424 SM). Ia tinggal di Persia jauh dari negeri kelahirannya. Ia
tinggal jauh di negeri orang karena bangsanya telah ditaklukan oleh bangsa lain
dan semua orang-orangnya diangkut ke negara penjajah itu untuk dijadikan
tawanan. Mereka ditaklukkan banga lain karena mereka menyimpang dan melupakan
Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Pada saat itu Nehemia
memegang jabatan yang penting di Persia sebagai orang kepercayaan dalam
menyediakan minuman bagi raja. Pekerjaannya ialah mencicipi anggur raja sebelum
menghidangkannya pada raja kalau-kalau ada racunnya.
Suatu hari ketika saudaranya yang bernama Hanani datang ke Persia. Nehemia
bertanya kepada saudaranya itu bagaimana kabar Yerusalem, tanah kelahirannya. Nehemia
sangat sedih ketika mendengar kondisi negerinya dalam keadaan buruk. Respon
pertama yang Nehemia lakukan setelah mendengar berita itu adalah berdoa dan
berpuasa kepada Tuhan selama 4 bulan. Ia berdoa agar Tuhan memaafkan bangsanya
yang telah berdosa kepada Tuhan.
Pada suatu hari saat Nehemia sedang melayani raja, ia terlihat sangat sedih.
Dan kesedihannya itu terlihat oleh raja. Keadaan Yerusalem yang menyedihkan
merupakan akibat langsung dari titah Artahsasta untuk menghentikan pembangunan
(Ezra 4 :7-23). Oleh sebab itu Nehemia mempertaruhkan nyawanya dengan
memperlihatkan kesedihannya di depan raja. Namun, karena perhatiaannya begitu
besar terhadap bangsanya, dia tidak memperhatikan kepentingannya sendiri.
Ternyata Tuhan mendengarkan dan mengabulkan permohonan doanya. Tuhan
menggerakan hati raja Artahsasta dan mengijinkan Nehemia untuk ke Yerusalem dan
membangun tembok Yerusalem. Tentulah tidak mudah untuk pergi dari satu tempat
ke tempat lain pada zaman itu. Apalagi dengan status Nehemia sebagai orang
buangan di Persia. Sehingga ijin dan surat kuasa dari Raja Artahsasta sangat
penting.
Nehemia segera pergi ke Yerusalem secara diam-diam untuk menyelidiki
keadaan yang sesungguhnya dari Yerusalem. Ternyata sama seperti yang dikatakan
oleh saudaranya, keadaan tembok Yerusalem sangatlah menyedihkan.
Tembok-temboknya sudah hancur begitu juga dengan bait Allah yang dibangun oleh
Salomo juga sudah dihancurkan. Segera dengan kuasa yang diberikan oleh Raja
Artahsast, Nehemia membangun tembok Yerusalem. Sekalipun ada perlawan dari
Sanbalat dan Tobia, Nehemia beserta Bangsa Yahudi berhasil membangun tembok
Yerusalem dalam 52 hari. Bahkan Nehemia diangkat menjadi Gubernur di Yudea.
Nehemia bersama dengan Ezra (Imam yang hidup sezaman dengan Nehemia) melakukan
pembaharuan rohani dengan melakukan pembacaan Hukum Allah di hadapan umum,
pertobatan dari dosa, dan membuat tekad bersama dengan kaum sisa Israel untuk
mengingat dan memelihara perjanjian mereka dengan Allah.
Nehemia adalah contoh yang baik sebagai pemimpin di dalam Alkitab. Ia
adalah orang yang bijaksana, berprinsip, berani, memiliki integritas yang tidak
tercela, iman yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat
berbakat dalam kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa kerjanya sebagai gubernur
di Yudea, Nehemia tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan,
mengorbankan diri dan tidak tercela dalam kedudukan atau kuasanya. Ia juga
adalah orang yang tekun berdoa. Tidak kurang dari 11 kali dalam Alkitab
dikisahkan bagaiman ia memanjatkan doa atau berdoa syafaat kepada Allah (Neh 1
:4-11; 2:4; 4:4,9; 5:19; 6:9,14; 13:14,22,29.31)
Apakah yang dapat kita pelajari dari Nehemia ?
Seperti yang kita ketahui, ada banyak hal yang kurang baik dialami oleh
bangsa kita. Korupsi, moralitas yang semakin menurun, banyak pemimpin yang
menyelewengkan kedudukannya dan banyak permasalahan lainnya yang dihadapi oleh
bangsa kita. Lalu bagaimana respon kita sebagai warga negara ? Apakah kita
justru menjelek-jelekan bangsa kita atau mungkin kita apatis menghadapinya ?
Bukan sebuah kebetulan apabila Tuhan menempatkan kita menjadi bagian
dari Bangsa Indonesia. Keberhasilan sebuah bangsa ditentukan oleh orang-orang
yang ada di dalamnya, termasuk setiap kita. Oleh karena itu cintailah bangsa
ini. Bagaimana caranya ? Milikilah empati dan rasa cinta tanah air. Masukanlah
bangsa ini sebagai bagian dari pokok doamu. Dan tentunya berperanlah sebagai
rakyat yang baik, patuhi peraturan yang ada, bayarlah pajak kepada negara,
pergunakan fasilitas yang diberikan oleh negara ini dengan baik dan bertanggung
jawab.
Mungkin kamu merasa sendirian, kamu menjadi rakyat yang baik tapi tidak
dengan yang lainnya. Kamu merasa tidak ada gunanya melakukan itu. Namun, sama
seperti lilin sekalipun kecil dapat menerangi kegelapan. Jadilah lilin kecil
itu dan terangilah kegelapan. Kalau semua anak-anak Tuhan menjadi rakyat yang
baik bagi bangsanya, maka lama kelamaan bangsa ini akan dipenuhi oleh
orang-orang yang peduli dan membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Semuanya dimulai dari kamu.
Sumber :
Handbook to the Bible
(Pauline Tiendas)
www.alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=nehemia
No comments:
Post a Comment