13 September 2013

Bagaimana dengan mereka...

Kemarin saat saya sedang dalam perjalanan menuju sekolah tempat saya bekerja, saya melihat pemandangan yang membuat saya ingin menangis. Saya melihat seorang anak kecil sedang berjalan tanpa mengenakan alas kaki. Saya langsung berpikir bagaimana kalau kakinya kena duri, batu atau pecahan kaca yang ada di jalan. Orang yang normal pasti akan memakai sandal bahkan orang gila sekalipun kalau dipakaikan sandal pasti akan dia pakai (tapi ada orang gila juga yang ga mau pakai). Saya membayangkan betapa sulitnya hidup anak itu. Bahkan untuk sepasang sandal dia (dan orang tuanya) tidak sanggup untuk membelinya. Belum lagi sepanjang hari itu dia harus berjalan menyusuri jalanan yang panas oleh sinar matahari untuk mencari uang untuk sesuap nasi yang mungkin tidak didapatnya hari-hari kemarin.
  Kadang saya merasa ironis dengan hidup ini. Ada orang yang berlimpah harta. Dia sanggup membeli apapun yang dia mau. Dia sanggup membeli sandal dan sepatu sampai berjuta-juta harganya dan berpuluh-puluh banyaknya. Tetapi ingatkah mereka ada orang-orang yang untuk membeli sepasang sandal jepitpun tidak sanggup. Kadang saya melihat ada murid yang kalau disuruh makan susahnya minta ampun. Dikasih sayur saat makan siang, makannya lama sekali atau dia menangis karena harus menghabiskan makan siangnya. Padahal makan siangnya itu bukan racun dan baik bagi tubuh mereka. Tapi tidakkah anak-anak itu sadari kalau mereka jauh lebih beruntung dari anak-anak yang ada di luar sana. Kadang saya juga menemukan ada anak-anak yang malas untuk belajar dan sekolah. Tidak tahukah mereka di luar sana ada anak-anak yang tidak bisa sekolah, bahkan untuk membeli makananpun mereka kesulitan.
   Dan itu membuat saya belajar untuk menghargai apa yang Tuhan beri pada saya. Tidak menyia-nyiakan setiap makanan yang diberikan kepada saya (yang saya tau makanan itu baik bagi tubuh saya). Tidak menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak saya butuhkan. Saya juga sering berpikir apa yang bisa saya buat bagi mereka ? Saya tidak punya banyak uang sehingga saya dapat memberikannya kepada mereka. Saya juga tidak punya perusahaan sehingga saya bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang tua mereka. Namun saya kembali diingatkan, saya dapat berdoa bagi mereka dan melakukan hal-hal kecil bagi mereka. Mungkin itu memberikan senyum hangat saya kepada mereka, memberikan sedikit makanan yang saya miliki.