17 November 2015

Nehemia

“Bagaimana keadaan orang Yahudi yang terluput dari penawanan ? Bagaimanakah keadaan Yerusalem saat ini ?” Tanya Nehemia.
“Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.” Ucap Hanani, saudara Nehemia beserta beberapa orang yang bersamanya.
Setelah mendengar hal itu Nehemia menangis dan berkabung selama beberapa hari. Dia berdoa dan berpuasa kepada Allah semesta langit. Ia begitu sedih mendengar keadaan bangsanya dan negaranya yang begitu menyedihkan.

Siapa yang pernah tinggal di luar negeri, baik itu untuk sekolah maupun untuk bekerja. Sekalipun disana kita hidup nyaman, tapi pasti ada rasa rindu dengan tanah kelahiran kita. Apalagi kalau kita mendengar bencana demi bencana melanda tanah kelahiran kita itu, tentu saja seharusnya hati kita menjadi sedih dan berduka. Hal ini jugalah yang dialami oleh Nehemia.
Nehemia adalah anak Hakalya. Ia adalah juru minuman Raja Persia, Raja Artahsasta I (465-424 SM). Ia tinggal di Persia jauh dari negeri kelahirannya. Ia tinggal jauh di negeri orang karena bangsanya telah ditaklukan oleh bangsa lain dan semua orang-orangnya diangkut ke negara penjajah itu untuk dijadikan tawanan. Mereka ditaklukkan banga lain karena mereka menyimpang dan melupakan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Pada saat itu Nehemia memegang jabatan yang penting di Persia sebagai orang kepercayaan dalam menyediakan minuman bagi raja. Pekerjaannya ialah mencicipi anggur raja sebelum menghidangkannya pada raja kalau-kalau ada racunnya.
Suatu hari ketika saudaranya yang bernama Hanani datang ke Persia. Nehemia bertanya kepada saudaranya itu bagaimana kabar Yerusalem, tanah kelahirannya. Nehemia sangat sedih ketika mendengar kondisi negerinya dalam keadaan buruk. Respon pertama yang Nehemia lakukan setelah mendengar berita itu adalah berdoa dan berpuasa kepada Tuhan selama 4 bulan. Ia berdoa agar Tuhan memaafkan bangsanya yang telah berdosa kepada Tuhan.
Pada suatu hari saat Nehemia sedang melayani raja, ia terlihat sangat sedih. Dan kesedihannya itu terlihat oleh raja. Keadaan Yerusalem yang menyedihkan merupakan akibat langsung dari titah Artahsasta untuk menghentikan pembangunan (Ezra 4 :7-23). Oleh sebab itu Nehemia mempertaruhkan nyawanya dengan memperlihatkan kesedihannya di depan raja. Namun, karena perhatiaannya begitu besar terhadap bangsanya, dia tidak memperhatikan kepentingannya sendiri.
Ternyata Tuhan mendengarkan dan mengabulkan permohonan doanya. Tuhan menggerakan hati raja Artahsasta dan mengijinkan Nehemia untuk ke Yerusalem dan membangun tembok Yerusalem. Tentulah tidak mudah untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain pada zaman itu. Apalagi dengan status Nehemia sebagai orang buangan di Persia. Sehingga ijin dan surat kuasa dari Raja Artahsasta sangat penting.
Nehemia segera pergi ke Yerusalem secara diam-diam untuk menyelidiki keadaan yang sesungguhnya dari Yerusalem. Ternyata sama seperti yang dikatakan oleh saudaranya, keadaan tembok Yerusalem sangatlah menyedihkan. Tembok-temboknya sudah hancur begitu juga dengan bait Allah yang dibangun oleh Salomo juga sudah dihancurkan. Segera dengan kuasa yang diberikan oleh Raja Artahsast, Nehemia membangun tembok Yerusalem. Sekalipun ada perlawan dari Sanbalat dan Tobia, Nehemia beserta Bangsa Yahudi berhasil membangun tembok Yerusalem dalam 52 hari. Bahkan Nehemia diangkat menjadi Gubernur di Yudea. Nehemia bersama dengan Ezra (Imam yang hidup sezaman dengan Nehemia) melakukan pembaharuan rohani dengan melakukan pembacaan Hukum Allah di hadapan umum, pertobatan dari dosa, dan membuat tekad bersama dengan kaum sisa Israel untuk mengingat dan memelihara perjanjian mereka dengan Allah.

Nehemia adalah contoh yang baik sebagai pemimpin di dalam Alkitab. Ia adalah orang yang bijaksana, berprinsip, berani, memiliki integritas yang tidak tercela, iman yang kokoh, belas kasihan bagi yang tertindas, dan sangat berbakat dalam kepemimpinan dan organisasi. Sepanjang masa kerjanya sebagai gubernur di Yudea, Nehemia tetap jujur, rendah hati, bebas dari keserakahan, mengorbankan diri dan tidak tercela dalam kedudukan atau kuasanya. Ia juga adalah orang yang tekun berdoa. Tidak kurang dari 11 kali dalam Alkitab dikisahkan bagaiman ia memanjatkan doa atau berdoa syafaat kepada Allah (Neh 1 :4-11; 2:4; 4:4,9; 5:19; 6:9,14; 13:14,22,29.31)

Apakah yang dapat kita pelajari dari Nehemia ?
Seperti yang kita ketahui, ada banyak hal yang kurang baik dialami oleh bangsa kita. Korupsi, moralitas yang semakin menurun, banyak pemimpin yang menyelewengkan kedudukannya dan banyak permasalahan lainnya yang dihadapi oleh bangsa kita. Lalu bagaimana respon kita sebagai warga negara ? Apakah kita justru menjelek-jelekan bangsa kita atau mungkin kita apatis menghadapinya ?
Bukan sebuah kebetulan apabila Tuhan menempatkan kita menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Keberhasilan sebuah bangsa ditentukan oleh orang-orang yang ada di dalamnya, termasuk setiap kita. Oleh karena itu cintailah bangsa ini. Bagaimana caranya ? Milikilah empati dan rasa cinta tanah air. Masukanlah bangsa ini sebagai bagian dari pokok doamu. Dan tentunya berperanlah sebagai rakyat yang baik, patuhi peraturan yang ada, bayarlah pajak kepada negara, pergunakan fasilitas yang diberikan oleh negara ini dengan baik dan bertanggung jawab.
Mungkin kamu merasa sendirian, kamu menjadi rakyat yang baik tapi tidak dengan yang lainnya. Kamu merasa tidak ada gunanya melakukan itu. Namun, sama seperti lilin sekalipun kecil dapat menerangi kegelapan. Jadilah lilin kecil itu dan terangilah kegelapan. Kalau semua anak-anak Tuhan menjadi rakyat yang baik bagi bangsanya, maka lama kelamaan bangsa ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang peduli dan membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Semuanya dimulai dari kamu.

Sumber :
Handbook to the Bible (Pauline Tiendas)
www.alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=nehemia

If Time Can Go Back

    Mata yang biasa memancarkan binar kehidupan itu kini terkatup rapat. Tidak ada lagi sinar nakal yang keluar dari matanya. Wajah yang selalu penuh dengan senyuman itu kini sudah tidak ada  lagi digantikan dengan bibir yang terkatup rapat. Tubuh yang dulu begitu aktif kini sudah tidak ada lagi digantikan dengan tubuh yang terdiam kaku di dalam peti mati.
   Gadis itu mencoba untuk membangunkan pria yang ada di dalam peti mati itu. Dia berteriak-teriak akan memaafkan pria itu. Gadis itu bilang dia menyesal dan dia berharap andai waktu dapat diulang. Namun, semua itu tidak ada gunanya. Tubuh itu tetap diam, kaku dan dingin...
***

3 hari yang lalu..
    Angin berhembus pelan diikuti benda-benda putih kecil berjatuhan dari langit. Namun, kedua remaja itu seolah-olah tidak peduli dengan dinginnya udara siang ini. Cheryl dan William sibuk membuat boneka dari butiran-butiran salju yang turun dari langit. Cheryl sibuk mendekorasi boneka saljunya sedangkan William mengumpulkan salju dan membawakannya kepada Cheryl. Tiba-tiba William melihat Cheryl yang sedang asyik dengan tugasnya dan terpikirkan niat usil. Ia lalu membuat bola dari butiran salju dan dengan sengaja ia melemparkannya ke arah gadis mungil yang sedang sibuk mengamati boneka salju buatan mereka. Cherly mencoba menghindari bola salju yang dilemparkan William ke arahnya, namun malah membuat ia menabrak boneka salju yang terletak dekat dengan tempatnya berdiri.
“William jail. Liat tuh kan boneka saljunya jadi hancur. Padahal kan uda hampir selesai.” Ucap Cheryl dengan marah.
“Maaf. Kita main lempar bola salju aja yuk.” Ucap William dengan perasaan bersalah.
“Ga mau. Aku mau pulang aja. Uda cape-cape buat boneka salju eh malah dihancurin.” Ucap Cheryl.
“Ya, jangan marah dong Cher.” Lanjut William dengan wajah minta dikasihani, “Aku kan Cuma becanda.”
“Ga lucu tau. Kamu selalu aja bikin aku kesel. Udah mulai saat ini aku ga mau main sama William lagi.” Ucap Cheryl dengan marah sambil meninggalkan William yang kaget dengan sikapnya Cheryl.
***

"William bangun. Kita harus segera pergi.” Ucap Mama William membangunkan putra tunggalnya yang sedang tidur nyenyak.
“Hoaemmm... Kita mau pergi kemana ma ?” Ucap William yang masih mengantuk.
“Kita mau pulang ke rumah opa dan oma.”
“Rumah opa dan oma kan jauh di Indonesia. Kita mau kesana ?”
“Ya, mama sudah belikan tiket pesawat untuk kita berdua. Kita tidak punya waktu lagi, kita harus pergi sekarang.” Lanjut mama dengan wajah sedih, “Ayo kita pergi sebelum papamu pulang. Mama sudah siapkan barang-barangmu.”
      William melihat wajah mamanya yang lebam seperti kena tamparan. Memang papa dan mamanya tidak pernah akur. Setiap pagi papanya akan pulang dengan keadaan mabuk, ia pulang mencari mama dan meminta uang kepada mama. Namun, apabila mama tidak memberikannya maka mama akan dipukuli oleh papanya. William mencoba melindungi mamanya, namun mamanya berusaha melindungi dirinya sehingga mamanya dipukul semakin keras oleh papanya.
“Ma, tapi ini kan masih malam.”
“Ya nak. Ini adalah kesempatan kita yang terakhir untuk pergi dari neraka ini.” Ucap mama sambil menangis, “Kita tidak punya waktu lagi. kalau kita tidak buru-buru papamu akan menemukan kita.”
“Tapi ma, aku ingin mengucapkan selamat tinggal dengan Cheryl.” Lanjut William, “Aku harus pergi ke rumahnya.”
“Ya nak, kita akan kesana sebelum kita pergi."

***

Tok..Tok..Tok Klik.. Suara pintu dibuka.
“Tante, bolehkah saya bertemu dengan Cheryl ?” Ucap William
“Boleh. Silahkan masuk Wil.”
        William masuk dan segera menuju kamar Cheryl.
Tok.. Tok.. Tok..
“Siapa ?” Terdengar suara seorang gadis dari dalam kamar.
“Ini aku, William.”
“Pulang Wil. Aku ga mau ngomong sama kamu. Aku benci sama kamu.”
“Cher, maafin aku. Aku emang banyak salah sama kamu.”
“Aku ga peduli. Aku ga mau temenan lagi sama kamu.”
“Cher, maafin aku yah. Mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bertemu. Aku pergi.” Ucap William dengan sedih sambil memasukkan selembar kertas ke dalam lubang pintu kamar Cheryl.
***

         Cheryl diam di dalam kamarnya dengan bimbang. Didengarnya suara William di depan kamarnya. Namun, dia sangat kesal dengan sikap William kepadanya. Cheryl berpikir mungkin saat ini William sedang mengerjainya juga seperti yang biasa dia lakukan kepada Cheryl. Cheryl berpikir sekali-kali dia harus memberi pelajaran kepada temannya ini agar tidak seenaknya mengerjai orang.
     Cheryl melihat ada sebuah kertas yang masuk melalui lubang pintu kamarnya. Segeranya diambil kertas itu dan dibukanya...

Dear Cheryl,
Cher, aku minta maaf.
Aku selalu melakukan hal yang salah dan membuatmu marah.
Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu. Namun, aku selalu tidak sanggup untuk mengatakannya.
Ada banyak hal yang manis yang ingin aku tunjukkan padamu. Namun, aku selalu takut untuk melakukannya malahan aku melakukan hal-hal yang buruk dan membuatmu marah.
Aku memang pengecut karena tidak mampu mengungkapkan perasaan yang ada di hatiku.

Kamu ingat waktu aku bilang kamu jelek saat festival beberapa bulan yang lalu. Sesungguhnya saat itu aku malu mengakui bahwa kamu tampil sangat cantik pada malam itu.
Kamu pasti tau kalau aku selalu menggoda dan meledekmu, namun itu karena aku malu menunjukan bahwa sesungguhnya aku peduli padamu.
Kamu tau aku ingin membuat kamu tertawa saat berada bersamaku. Namun, karena ketakutanku, membuat aku melakukan hal yang sebaliknya.

Ini adalah surat terakhirku. Karena malam ini aku akan terbang bersama mamaku ke rumah kakek nenekku yang ada di Indonesia. Dan mungkin ini adalah kesempatan terakhir untuk aku mengatakan bahwa aku ....

Menyukaimu...

Maaf karena selama ini aku tidak mampu untuk mengungkapkannya.
Aku hanya ingin minta maaf.
Aku berharap kamu mau memaafkan aku dan aku berharap suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi.

Your Friend,
William
***

“Ma, Cheryl harus pergi ke bandara sekarang.” Ucap Cheryl panik.
“Ada apa Cher ? Tenang dulu.”
“William, ma. William mau pergi ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi kesini. Cheryl harus menemui dia. Cheryl harus bilang sesuatu kepadanya.” Ucap Cheryl dengan wajah hampir menangis.
“Baik, ayo kita pergi.”
     Mama segera masuk ke mobil dan melajukan kendaraan. Mama bilang William belum pergi terlalu lama. Mungkin mereka masih bisa menyusulnya. Jalan malam ini tampak lenggang. Hanya ada beberapa pengendara yang melajukan kendaraan mereka. Tiba-tiba Cheryl melihat ada mobil polisi dan ambulance di depan sana. Sepertinya telah terjadi sebuah kecelakaan. Cheryl melihat ada dua tubuh yang diangkut ke dalam mobil ambulans dengan ditutupi selimut putih. Cheryl melihat mobil yang sudah rusak terhantam bahu jalan itu dan sepertinya dia mengenali plat nomor mobil itu...
“Ma, berhenti. Itu mobil Mamanya William.”
     Cheryl segera berlari menuju tubuh seorang pria yang dibawa menuju ambulan. Namun, polisi yang ada disana melarang Cheryl.
“Maaf, dik. Anda tidak diijinkan untuk memasuki lokasi kecelakaan.” Ucap polisi dengan wajah tegas.
“Apa yang terjadi pak ?” Tanya Mama Cheryl.
“Mobil ini melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi dan menabrak bahu jalan.”
“Bagaimana keadaan penumpangnya ?”
“Mereka berdua sudah meninggal ketika kami datang.”
“TIDAKKKK....” Tangis Cheryl sambil terduduk di trotoar.
***

Kita tidak akan pernah tau kapan waktunya kita berpisah dengan orang-orang yang kita kasihi. Oleh karena itu selama masih ada waktu...
Kasihilah mereka sebelum kita tidak memiliki kesempatan untuk mengasihi mereka.
Maafkan kesalahan mereka sebelum mereka tidak sempat lagi mendengar kata maaf dari kita.
Berikan perlakuan dan perkataan terbaik yang bisa kita lakukan dan katakan kepada mereka.
Karena kita tidak akan pernah tau kapan waktunya...