01 March 2016

Mempersiapkan diri untuk pacaran

Baru baca beberapa halaman saja, buku ini sudah mengajarkan saya banyak hal... Terbersit dalam pikiran saya ingin menuliskan apa yang saya dapat pelajari dari buku ini. Trus saya pikir daripada saya catat secara manual dan saya simpan sendiri, lebih baik saya membagikannya di blog ini dan semoga bisa jadi berkat juga untuk kamu yang sedang membacanya 

"Berapa sih umur yang tepat untuk mulai pacaran ?" Tentu saja jawabannya relatif, karena itu tergantung oleh lingkungan dan seberapa dewasa (umur tidak selalu menentukan kedewasaan seseorang) orang tersebut. Pengetahuan adalah bagian dari kedewasaan dan dalam buku ini disebutkan 4 prinsip yang memperlihatkan apakah kamu siap untuk pacaran.

4 prinsip kesiapan pacaran :
1. Kamu belum siap pacaran sampai kamu tau manfaat dan bahaya pacaran.

Manusia adalah makhluk sosial dan terdiri dari roh, jiwa dan tubuh. Dengan kata lain kita saling berinteraksi dalam dimensi rohani, jiwani dan jasmani. Sebuah hubungan yang sehat selalu dimulai dari tingkat rohani dan intelektual (maksud, motivasi, minat, impian dan kepribadian). Namun seringkali hubungan dimulai pada tingkat jasmani. Ketertarikan secara fisik segera menuntun pada keterlibatan emosi secara mendalam, padahal pasangan tersebut belum tahu apakah mereka punya minat, impian atau pandangan hidup yang sana. Dan akhirnya ketika mereka tau mereka tidak berada pada tingkat rohani dan intelektual yang sama, sudah terlambat untuk memutuskan hubungan tersebut karena mereka sudah terikat emosional secara mendalam. Dan hal ini mengakibatkan mereka mengalami frustrasi dan impian-impian hidup yang tidak terpenuhi.

2. Kamu sudah siap untuk pacaran saat kamu paham tentang standar Tuhan bagi hubungan-hubungan.
Kalau kamu berpikir, akan memikirkan apa yang jadi standar Tuhan saat kamu sudah punya pacar, maka itu semua akan jadi terlambat. Mengapa demikian ? Karena kamu akan memiliki perlindungan yang sangat sedikit untuk melawan godaan dan mencegah untuk melangkah terlalu jauh dalam sebuah hubungan, kecuali kamu sudah menetapkan sebelumnya. Hanya ada 2 pilihan : kamu mau ikut standar Tuhan atau ikut standar dunia. Kalau kamu seorang pengikut Kristus yang sungguh-sungguh, maka tentu saja kamu akan memilih untuk ikut standarNya Tuhan. Nah, Jika kamu belum tau apa standarNya Tuhan, maka itu artinya kamu belum siap untuk pacaran. Pacaran bukanlah suatu tempat uji coba. Kamu seharusnya tidak memiliki hubungan yang serius dengan siapapun sampai kamu tau apa yang menjadi harapan dan tuntutan Tuhan.

3. Kamu siap pacaran saat kamu sudah memastikan dalam rohmu, kamu tidak akan kompromi atau menurunkan standar-standar tersebut demi alasan apapun, bahkan jika itu berarti kamu akan kehilangan pacarmu.
Banyak orang rela mengkompromikan standar-standar moral dan nilai-nilai demi mendapatkan pacar. Itu adalah sikap yang tidak dewasa dan akan menyebabkan banyak masalah nantinya. Tidak ada bidang kehidupan kelas dua bagi Tuhan. Ia menginginkan yang terbaik untuk kita.  Oleh karena itu Ia ingin kita menaatiNya, mengikuti firmanNya dan berdiri teguh di atas standar-standarNya. Apapun yang kurang dari itu, maka lebih baik kamu jangan berharap untuk mendapatkan yang terbaik dariNya.

4. Kamu siap untuk pacaran saat kamu tidak memerlukannya.
Jika kamu memerlukan seorang pacar untuk merasa utuh dan puas secara pribadi, itu artinya kamu belum siap untuk pacaran. Kalau kamu perlu, itu artinya ada sesuatu yang kurang yang belum kamu miliki. Lawan dari keperluan adalah pilihan.  Suatu keperluan yang sah meniadakan pilihan. Contohnya, ketika kamu lapar kamu akan duduk dan makan. Namun, ketika kamu sudah kenyang, maka kamu dapat memilih mau makan atau tidak. Seringkali sebuah hubungan dimulai dengan kondisi yang tidak penuh (seperti gelas yang diisi air setengah). Keduanya tidak bisa memberikan penuh (100%) karena mereka berharap pasangannya dapat memenuhi apa yang mereka tidak miliki. Namun, hubungan yang seperti ini akan mengakibatkan rasa tidak aman dan tidak puas. Keduanya akan saling menuntut untuk dipenuhi dan tidak tau seberapa lama itu dapat dilakukan. Seseorang yang siap untuk pacaran harus merasa utuh dan lengkap dalam dirinya sendiri, tanpa kehadiran orang lain (kecuali Tuhan).

Dalam alkitab kita bisa lihat, bahwa sebelum hawa diciptakan adam sendirian saja. Adam tidak merasa kesepian (lonely) sekalipun dalam jenisnya ia hanya sendirian (alone). Adam begitu puas dengan dirinya dan begitu sibuk mengelola taman, memberikan nama pada hewan dan merawat mereka. Ia tidak pernah merasakan memiliki kebutuhan untuk memiliki pasangan. Memberikan pasangan untuk adam adalah idenya Tuhan. Demikian juga dengan kita, kita paling siap untuk pacaran saat kita tidak perlu seseorang untuk melengkapi dan memuaskan kita. Kita sudah siap memiliki hubungan yang spesial dengan seseorang saat kita telah belajar lebih dahulu bagaimana caranya menjadi lajang...

(diambil dari Waiting and Dating by Myles Munroe - dengan sedikit perubahan dan tambahan)