28 September 2014

Complete in You

                 Shanon memandangi Nicholas yang ada di hadapannya dengan wajah kaget. Mereka sudah hampir seminggu tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Shanon yang sibuk dengan ujiannya dan Nicholas yang sibuk dengan tugas kuliahnya. Baru hari ini mereka dapat bertemu kembali. Namun, seperti disambar petir Shanon mendengar Nicholas ingin putus darinya. Padahal komunikasi mereka dengan line selama 1 minggu ini cukup lancar.

"Kamu main-main ya, nic. Kamu lagi jailin aku ?" Tanya Shanon.

"Aku serius Shan. Aku ingin kita putus."

"Kenapa ? Apa salah aku ?"

"Kamu ga salah apa-apa. Hanya saja aku merasa kita ga cocok."

"Kita ga cocok dimana ? Kalau ngobrol kita nyambung. Trus kita punya hobi yang saling mendukung. Kepribadian kita juga uda klop. Lalu apa yang ga cocok."

"Selama satu bulan ini aku berpikir keras. Akhirnya aku menyadari kalau selama ini aku ga cinta sama kamu. Maafin aku. Aku yakin kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dari aku." Lanjut Nicholas, "Maaf Shan. Aku harap setelah hari ini kita ga perlu kontak lagi."

***

Hujan turun dengan deras. Shanon terdiam memandangi langit yang ada di luar jendelanya. Memandangi langit yang gelap tanpa matahari yang bersinar disana. Memandangi langit yang sedang bercucuran air mata seperti dirinya. Mungkin saat ini langit juga sedang bersedih karena sesuatu atau mungkin langit sedang menangis bersamanya menangisi harinya yang sedih ini.

Shanon sangat menyukai Nicholas. Nicholas adalah kakak kelasnya di SMA.

              Mereka bertemu pada saat masa orientasi siswa (MOS) dan Shanon adalah salah satu peserta MOS itu. Sedangkan Nicholas yang saat itu duduk di kelas 2 SMA adalah OSIS yang menjadi panitia dari MOS untuk siswa-siswi baru. Sejak mereka bertemu pertama kali, Shanon sudah menyukai Nicholas. Dan untungnya perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Memang Nicholas bukanlah pacar pertamanya, namun dia sangat menyukai Nicholas dibandingkan dengan mantan-mantannya dulu. Nicholas adalah pria yang baik, bertanggung jawab dan setia. Mereka sudah jadian selama 2 tahun, Shanon merasa nyaman akan hubungan mereka selama ini. Namun, itu semua sudah berakhir sekarang.

***

Tok...tok...tok...

"Shan, kamu di dalam ? Kakak masuk yah." Tanya seseorang.

"Ya, kak."

Sharon segera membuka pintu kamar adiknya dan melihat adiknya sedang menatap ke luar jendela dengan wajah yang sembap seperti habis menangis.

"Kamu kenapa shan ?" Tanya Sharon pada adiknya.

"Aku diputusin Nicholas. Huwaaa...." Shanon tidak dapat menahan air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya. Melihat hal itu Sharon segera memeluk adik yang sangat disayanginya itu. Shanon segera menceritakan percakapannya dengan Nicholas siang tadi.

"Kak, aku ga bisa hidup tanpa Nicholas. Aku suka banget sama dia."

"Sabar shan. Mungkin memang bukan Nicholas yang terbaik buat kamu. Percaya deh kalau misalnya dia yang terbaik buat kamu, suatu hari nanti dia pasti akan kembali lagi." Ucap Sharon menenangkan adiknya.

***

1 bulan kemudian...

"Ma, aku pulang." Ucap Shanon sambil membawa helm di tangannya.

"Mama lagi pergi sama papa ke rumah Tante Dian. Kamu pulang diantar sama siapa Shan ?" Tanya Sharon yang sempat melihat Shanon diantar oleh seseorang.

"Sama Calvin, kak. Kak tau ga tadi Calvin minta aku jadi pacarnya. Cuma aku belum jawab sih. Tapi kayanya aku bakal terima dia. Hehehe..." Ucap Shanon dengan wajah berbunga-bunga.

"Emang berapa lama kalian uda pedekate ?"

"Baru 1 minggu sih kak. Tapi rasanya aku uda kenal banget sama dia. Kaya uda kenal dia bertahun-tahun padahal kan kita juga baru 1 minggu kenalan."

"Emang Calvin orangnya seperti apa ? Sampe kamu bisa bilang uda kenal banget."

"Ya, dia itu baik, perhatian, gentleman."

"Kakak ikut senang kalau kamu punya pacar. Tapi ngga seperti ini caranya. Kalian baru kenal. Kamu belum tahu dia orangnya seperti apa. Sabar shan. Jangan terburu-buru. Kasih waktu untuk kalian lebih saling mengenal. Kakak ga mau melihat kamu menangis kecewa seperti dulu." Lanjut Sharon, "Lagipula konsep kamu tentang pacaran itu salah. Tidak ada seorangpun yang dapat mengisi hati kamu yang kosong kecuali Tuhan Yesus. Hanya dia yang dapat memuaskan kamu, bukan yang lain."

"Ya, aku tau itu kak. Tapi rasanya kalau ga punya pacar, seperti ada sesuatu di dalam diriku yang hilang. Aku merasa tidak utuh."

"Nah, itu salah Shan. Di dalam Tuhan, kamu akan tahu kalau kamu itu utuh dan kamu tidak perlu orang lain untuk melengkapi kamu. Justru saat kamu merasa utuh, itulah tandanya kamu siap untuk menjalin relasi." Lanjut Sharon, "Kamu ingat cerita Adam dan Hawa. Justru disaat Adam tidak memikirkan tentang pasangan dan fokus pada pekerjaan yang Tuhan berikan padanya, justru saat itulah dia bertemu dengan Hawa."

"Iya sih kak. Emang kakak ga pernah galau yah belum punya pacar sampai sekarang. Belum pernah sekalipun menjalin hubungan selama kakak hidup." Tanya Shanon penasaran.

"Galau sih pasti ada. Pernah ada waktunya galau banget. Tapi saat kakak galau, kakak memindahkan kegalauan kakak dengan cerita sama Tuhan. Amazingnya setelah kakak chatting sama Tuhan, tiba-tiba galau itu berkurang bahkan hilang. Selain itu kakak juga cari aktivitas supaya mengalihkan pikiran kakak yang galau ke hal-hal lain yang lebih berguna." Ucap Sharon.

"Emang belum pernah ada ya laki-laki yang ngedeketin kakak ?"

"Ada sih. Cuma untuk hal yang 1 ini kakak ga mau main-main. Kakak mau menunggu seseorang yang terbaik dari Tuhan. Seseorang yang saat ini Tuhan siapkan untuk kakak. Sampai nanti disaat kakak dan dia sudah siap, Tuhan yang akan pertemukan kami dengan caraNya. Kakak yakin suatu hari nanti kakak ga akan menyesal karena telah melakukan ini. Dan bukan berarti selama menunggu itu kakak diam saja. Kakak juga mempersiapkan diri kakak, agar suatu hari nanti kakak bisa jadi penolong yang terbaik buat pria itu."

"Ih kakakku so sweet banget deh. Iya deh aku ngerti sekarang. Aku akan temenan dulu sama Calvin. Ga akan buru-buru sambil terus mencari apa yang Tuhan mau untuk kami."

"Nah gitu dong. Itu baru Shanon, adik kakak satu-satunya."

***