23 December 2015

Selalu Ada Harapan

"Jingle bells, Jingle bells, Jingle all the way ¯
          Clara menyusuri Orchard Road sendirian. Dia berencana untuk mengikuti Kebaktian Malam Natal di gerejanya. Dia memilih untuk jalan kaki karena dia ingin meraskan suasana malam Natal. Pada malam Natal, Orchard Road tampak ramai dihiasi lampu-lampu & pohon Natal. Selain itu ada banyak orang disini. Ada sebuah keluarga yang sedang makan malam di sebuah restoran. Ada juga sepasang kekasih yang berjalan sambil bergandengan tangan sambil tersenyum bahagia. Semuanya tampak sangat indah malam ini.
          Clara tersenyum getir melihat keadaan di sekelilingnya. Diingatnya malam Natal tahun lalu, dia pernah berkata kalau malam Natal tahun berikutnya dia tidak akan sendiri lagi, dia akan menyusuri Orchard Road bersama pacarnya untuk mengikuti kebaktian. Namun, apa dikata lagi-lagi pada malam ini dia masih sendiri. Dia sering bertanya-tanya apa yang salah dengan dirinya, sehingga di umurnya yang ke-25 ini dia masih sendiri. Andaikan saja waktu itu dia menerima cinta dari pria itu, tentu saat ini dia tidak akan sendiri lagi...
***

Beberapa minggu yang lalu...
“Clara, aku senang dengan pertemanan kita selama ini. Aku merasa cocok dan nyaman waktu bersama kamu. Mau ga kamu jadi pacarku ?” Tanya Dika.
          Clara kaget mendengar perkataan Dika. Dia tidak tau harus menjawab apa. Sejujurnya Clara tertarik dengan Dika. Dika orang yang baik dan sopan. Namun, ada satu hal yang membuatnya bergumul. Dika tidak percaya Tuhan Yesus. Clara sering mengajak Dika untuk pergi ke gereja, namun Dika selalu menolak. Dika bilang dia sudah yakin dengan apa yang dipercayainya. Ia bilang tidak masalah kalau dia memiliki pacar yang berbeda agama. Dia tidak akan memaksa pacarnya untuk mengikuti agama yang dia anut, begitu juga dia tidak akan pindah mengikuti agama pacarnya.
“Maaf Dika, aku ga bisa menerima perasaan kamu. Sepertinya kita lebih cocok jadi teman saja.” Ucap Clara dengan sedih.
“Kenapa ? Apa alasan kamu menolak saya ? Apa yang kurang dari diri saya ?”
“Kamu ga kurang apa-apa. Kamu orang yang baik. Tapi aku tidak bisa bersama kamu”
“Apa karena kita berbeda keyakinan ? Ga masalah buat aku kalau kamu mau ke gereja. Aku ga akan maksa kamu untuk ikut apa yang saya percayai.”
“Aku ngerti dan percaya kamu ga akan maksa untuk mengikuti keyakinan kamu. Tapi sejak dulu aku selalu bermimpi akan berpacaran dan menikah dengan seseorang yang percaya dan mengasihi Tuhan Yesus.”
“Baik kalau itu keputusanmu. Sesungguhnya saya ga ngerti dengan pikiran kamu tapi aku hargai keputusan kamu.” Ucap Dika.
***

“Clar, gimana uda resmi sama Dika ?” Tanya Marsha.
“Emang gw sama dia ada hubungan apa gitu ?”
“Ya elah ini anak pura-pura bodoh. Uda jadian belum ? Gw denger dari Bryan kalau Dika mau nembak loe hari ini.”
“Gw nolak dia, Mar.” Ucap Clara dengan sedih.
“Apa yang kurang dari dia, Clar ? Dia orang yang baik.”
“Tapi dia ga percaya sama Tuhan Yesus, Mar.”
“Kalau menurut gw, ga masalah kalian jadian dulu. Siapa tau nanti dia mau ikut loe ke gereja dan kenal sama Tuhan.” Ucap Marsha meyakinkan Clara, sahabatnya, “Susah lho Clar nemuin cowo yang kaya Dika.”
“Kita pernah ngobrol tentang hal ini, Mar. Dia bilang ke gw kalau kita jadian, dia ga akan pindah agama dan dia juga ga maksa gw untuk ikut agamanya dia.”
“Ya bagus dong Clar. Lagipula kita kan ga ada yang tau apa yang akan terjadi di depan. Siapa tau suatu hari nanti hatinya luluh dan dia mau kenal sama Tuhan Yesus.”
“Tapi nanti keluarga seperti apa yang akan kita bangun kalau dari awal nilai-nilainya uda beda ? Emang ga ada yang mustahil buat Tuhan untuk mengubah dia. Tapi dari dulu gw selalu bermimpi kalau gw akan pacaran dan menikah dengan seorang pria yang sungguh-sungguh cinta Tuhan. Gw bermimpi akan membangun sebuah keluarga yang cinta Tuhan dan menyenangkan hatiNya. Itulah makanya kenapa gw nunggu sampai hari ini dan ga asal jadian. Karena gw mau lewat kisah cinta gw, nama Tuhan dipermuliakan.”
“Inget Clar, umur loe uda 25. Uda bukan waktunya lagi buat pilih-pilih. Apalagi di depan mata uda ada calon yang bagus. Jangan karena dia ga percaya sama Tuhan, loe lewatin kesempatan ini. Nanti nyesel lho.”
“Mungkin gw akan menyesal melewatkan seseorang yang berkualitas seperti Dika. Tapi gw lebih menyesal lagi kalau gw membuat Tuhan Yesus sedih.”
***

“Tuhan Yesus lahir ke dalam dunia ini untuk memberikan kepada kita harapan. Kita yang berdosa dan terpisah dari Allah memiliki harapan untuk bisa kembali memiliki hubungan dengan Allah. Dan pengharapan ini bukan bicara tentang keselamatan dan hidup kekal saja. Namun, berbicara tentang seluruh aspek dalam kehidupan kita. Tuhan peduli kepada kalian semua bahkan sampai pada hal yang terkecil sekalipun dalam hidup kalian. Apapun masalah kalian saat ini, tetaplah percaya dan berharap kepada Tuhan. Karena pengharapan di dalam Tuhan tidaklah sia-sia. Mari kita berdoa.” Ucap Pendeta yang membawakan Firman Tuhan.
       Clara pulang dari gereja dengan semangat yang baru. Firman Tuhan malam ini sungguh menguatkan dia. Dia percaya bahwa di dalam Tuhan ada harapan. Dia percaya penantiannya di dalam Tuhan tidak akan sia-sia. Kalau hidupNya saja sudah Dia berikan bagi Clara. Apalagi yang tidak akan Tuhan berikan buat dia. Buat Tuhan, masalah pasangan hidup itu masalah yang sepele. Tuhan bisa berikan kepada Clara saat ini juga. Tapi kalau sampai Tuhan belum berikan, pasti ada rencana yang jauh lebih baik dan lebih indah dari apa yang dapat dia pikirkan. Sekalipun saat ini dia belum bisa melihat apa yang jadi mimpinya jadi kenyataan, tapi dia percaya di dalam Tuhan selalu ada harapan.
***