07 December 2014

Because of Love

"Selamat datang untuk jemaat yang baru pertama kali hadir di sini. Apabila kalian belum mempunyai tempat ibadah yang tetap, kami mengundang kalian untuk beribadah di tempat ini." Lanjut Worship Leader, "Bagi yang ingin melayani, di bawah sudah ada beberapa stand pelayanan. Silakan untuk bertanya-tanya kepada penjaga stand di bawah."

"Gimana Dev, mau ikut pelayanan ga ?" Tanya Nicholas kepada Devon, sahabatnya.
"Ngga mau ah."
"Kenapa ?"
"Ngapain harus ikut pelayanan. Yang penting kan ke gereja aja udah cukup. Ga perlu pelayanan segala."
"Ya uda deh. Kalau gitu gw juga ga mau ikut. Tadinya kalo loe ikut, gw jg bakalan ikut.  Kita makan baso malang yuk. Eh, Dev uda belajar matematika buat ulangan besok ?"
"Belom nih. Tapi tenang aja gw uda nyiapin contekan kecil. Dijamin ga akan ketauan siapapun. Hahaha..." Ucap Devon dengan bangga.
***

"Aduh cape banget hari ini. Habis pulang dari gereja, pergi sama Amel sampe malam. Tidur ah." Ucap Devon sambil membaringkan dirinya di atas kasur.
***

Devon berjalan seorang diri. Dari kejauhan terdengar alunan musik yang sangat indah. Namun, entah mengapa nada yang dimainkan terdengar sangat  menyayat hati.

Devon terus berjalan. Dia tidak tahu ada dimana saat ini, di sekelilingnya hanya ada warna putih. Lalu tiba-tiba dia melihat dua orang sedang bercakap-cakap. Ia tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua orang itu, namun dari suaranya ia tau mereka adalah laki-laki. Yang satu sepertinya memiliki sayap sedangkan yang lainnya terpancar cahaya yang keluar dari tubuhnya.

"Tuan, haruskah Engkau pergi ke bumi ? Mengapa Engkau harus meninggalkan kami dan istanaMu ini ?" Ucap pria bersayap itu dengan sedih.

"Ya, aku harus melakukan ini. Aku harus menggenapi apa yang dikatakan para nabi mengenai Aku. Dan Engkaupun tau bahwa mereka memerlukan aku." Ucap pria yang memancarkan cahaya.

"Engkau tahu bahwa Engkau akan menderita disana. Engkau akan dihina dan disiksa. Tuan, sungguhkah Engkau akan pergi ke sana ?"

"Ya, hambaku. Aku tau itu akan terjadi. Namun, Aku akan tetap melakukannya. Karena dengan jalan itulah orang-orang yang Kukasihi dapat diselamatkan."

"Engkau sangat mengasihi mereka. Bahkan Engkau sampai rela meninggalkan kenyamananMu di tempat ini demi mereka. Namun, hambaMu ini yakin Engkau tahu mereka berkali-kali akan kembali menyakitiMu."

"HambaKu, Aku tau engkau memiliki hati yang paling lembut di antara yang lain. Aku memahami kesedihan hatimu ketika engkau berpikir tentang apa yang akan terjadi padaku. Namun, Aku akan tetap melakukan ini karena Aku mengasihi mereka. Sekalipun, mereka akan kembali menyakiti hatiKu, Aku akan tetap pergi ke bumi untuk menyelamatkan mereka. Aku akan memberikan semua yang ada padaku, bahkan nyawaku sekalipun, karena Aku sangat mengasihi mereka. Mereka sangat berharga bagiku."

"Tapi Tuan, bagaimana bila usahaMu sia-sia? Bagaimana bila mereka tidak mau mengenal Engkau? Bagaimana bila mereka tetap menolak Engkau?"

"Aku akan menunggu sampai mereka berbalik kepadaKu. Aku akan menunggu sampai mereka mau mengakuiKu sebagai Tuan atas hidup mereka. Karena kasih pulalah, Aku tidak akan memaksakan kehendakKu kepada mereka. Aku akan biarkan mereka datang kepadaKu karena keinginan mereka sendiri bukan karena Aku yang memaksa mereka. Sampai waktu itu terjadi, Aku akan menunngu mereka."

Setelah itu Devon melihat seorang bayi laki-laki lahir di kota kecil Betlehem. Dia lahir di atas alas jerami di dalam sebuah kandang yang berisi banyak hewan. Bayi itu bertambah besar menjadi seorang laki-laki dewasa. Laki-laki itu lalu mengajak 12 orang untuk menjadi muridNya. Mengajarkan mereka hal-hal yang baru yang belum pernah didengar oleh kedua belas orang itu. Ia melakukan banyak mujizat dan melakukan banyak hal ajaib yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Namun, di suatu malam yang kelam, Dia dikhianati oleh salah seorang sahabat terdekatnya, yang selalu bersama-sama dengan Dia setiap hari. Dia disiksa dengan cambuk bergigi tiga yang mengorek dan menghancurkan kulitnya dan mengambil dagingnya. Selain disiksa, dia pun dihina dan diludahi oleh orang-orang di sekitarnya. Pemandangan yang paling menyakitkan adalah Dia terpancang di atas sana, di sebuah kayu salib, hukuman yang paling hina pada zaman itu.
***
Devon terbangun dengan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Oh, ternyata ia tadi sedang bermimpi. Mimpi yang sangat menyedihkan dan mengerikan. Devon tahu pria itu adalah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang selama ini tak dia pedulikan. Tuhan Yesus yang selama ini dia anggap tidak penting. Tuhan Yesus yang selama ini selalu dia buat sedih dengan hidupnya.

Devon pun sadar. Ketika dia menyontek, dia sedang membuat Tuhan Yesus menangis. Sekarang Devon tahu ketika ia berbohong pada mamanya, dia sedang menyalibkan TuhanNya untuk kesekian kalinya.

Devon menangis mengingat apa yang sudah ia perbuat kepada Tuhan yang begitu mengasihinya. Kepada Tuhan yang selalu menunggu dia untuk kembali.

Devon pun berdoa, "Tuhan Yesus, ampuni aku. Terima kasih Tuhan karena Engkau mau datang untuk menyelamatkanku. Aku janji mulai saat ini aku tidak akan menyia-nyiakan kasih yang sudah Engkau berikan kepadaku."

Setelah memanjatkan doa tersebut, timbul tekad baru di dalam hati Devon untuk berubah. Dia tidak akan menyontek lagi, tidak akan berbohong lagi. Dan ya, dia akan pelayanan.

Kalau Tuhan Yesus saja sudah memberikan semuanya untuk dia. Tak ada yang tak dapat ia berikan bagi Tuhan yang sangat mengasihinya itu. Mulai saat ini dia akan membuat Tuhan-Nya menangis kembali ketika melihat hidupnya, namun bukan menangis karena kecewa melainkan karena bangga.
***