14 July 2015

God is still working

Sejak lahir baru (25-08-05) saya berkomitmen untuk ga main-main soal pacaran. Emang sih sebelum lahir baru saya belom pernah pacaran, karena saya mau fokus di study dulu (sekalipun kalau suka mah uda dari zaman masih pake seragam putih merah). Tapi waktu uda lahir baru saya jadi tau kalau pacaran tuh bukan sesuatu yang main-main. Bukan cuma sekedar untuk senang-senang atau ada yang bisa ditelponin dan di smsin (zaman itu baru bisa telpon sama sms doang, uda ada internet tapi belom ada bbm dan kawan-kawannya). Pacaran tuh tujuannya untuk married. Nah, sejak saat itu saya berkomitmen untuk bener-bener jaga hidup saya , untuk ga asal jadian. Dan dalam hati saya saat itu  (17 tahun) saya bermimpi kalau saya akan pacaran sekali untuk selamanya dengan seseorang pria yang akan menjadi suami saya kelak. Terlebih lagi saya rindu Tuhan sendiri yang menuliskan kisah cinta untuk saya.

Kadang waktu ngejalanin komitmen ini, saya suka ngerasa aneh. Disaat teman-teman yang lain uda punya pacar, saya masih sendiri. Disaat mereka uda berganti punya pacar yang kedua dan ketiga saya masih tetap sendiri. Sedih banget sih sebenernya, tapi saya juga ga mau asal jadian. saya mau jaga hati dan hidup saya untuk seseorang yang Tuhan siapin buat saya dan saya ingin memberikan diri saya yang terbaik untuk dia.

Nah, saat umur 25 tahun mulailah kegalauan itu perlahan muncul. Apalagi ketika usia sudah memasuki 27 tahun, kegalauan itu semakin bertambah besar. Hehehe... saya berpikir bener gitu yah Tuhan lagi nulis cerita cinta yang terbaik buat saya . Atau jangan-jangan itu semua hanya ada dalam angan-angan saya saja. Trus juga saya  berpikir, masih ada gitu yah pria yang punya hati yang bener-bener cinta sama Tuhan. Yang pergi ke gereja bukan hanya sebagai rutinitas aja, tapi yang hatinya bener-bener tertuju sama Tuhan. Dan satu hal lagi saya mulai berpikir saya ini orang yang aneh, pengen cuma pacaran 1x, padahal temen-temen banyak yang bilang minimal pacaran itu 2x biar ada pengalaman. Tapi lalu saya berpikir, kalau kaya gitu berarti saya kasih hati yang uda tergores sana sini untuk suami saya kelak.

Tapi ternyata saya ga aneh (Hore 😊), saya menemukan diluar sana ada juga perempuan-perempuan yang punya prinsip seperti saya (contohnya kak cella itu). Dan ternyata seorang Godly man itu bener-bener ada, mereka bukan hanya ada di angan-angan saya aja. Melalui kesaksian hidup kak cella juga saya melihat bahwa Tuhan tuh Tuhan yang ga tutup mata. Dia liat perjuangan kak cella untuk jaga hidupnya. Dia liat bagaimana kak cella menunggu Tuhan yang bekerja dan menuliskan kisah cintanya. Sampai akhirnya Tuhan mempertemukan mereka.

Sekalipun saat ini saya belum melihat hal itu terjadi di dalam hidup saya. saya mau tetap sabar menantikan Tuhan. Kalau emang panggilan saya adalah menikah (rasanya sih iya, soalnya ga ada kepikiran untuk hidup single. Rasanya pengen bisa jadi penolong, partner dan sahabat spesial untuk seseorang. Rasanya pengen juga punya anak), Tuhan sendiri yang akan mempertemukan saya dengan Godly man itu. Tapi bukan berarti ketika menunggu, saya diam saja. saya juga harus mempersiapkan diri agar bisa menjadi penolong yang sepadan buat dia. Semangat 💪💪

Blessing other

Beberapa tahun yang lalu aku browsing blog gitu. Waktu itu aku rindu banget bisa menemukan blog yang dapat membuat aku semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Dan jreng jreng... aku menemukan blog anak Tuhan yang keren banget.

Pertama kali aku nemu blognya Kak Lia (mikeloveslia.blogspot.com). Lewat blog Kak Lia ini aku sangat diberkati banget (sayangnya blognya uda ditutup sekarang. Hiks hiks). Nah lewat blog Kak Lia inilah aku jadi tau ada majalah pearl (majalah online kristen khusus untuk perempuan) yang mengajarkan aku banyak hal dan memotivasi aku untuk terus bertumbuh dalam Tuhan. Lewat blognya Kak Lia ini juga aku menemukan blog Kak Marcella (marcellaflaorenzia.blogspot.com) dan sama seperti blog Kak Lia, blognya Kak Cella juga sangat memberkati aku khususnya tentang relationship. Hehehe ;p

Aku ga kenal mereka secara pribadi, ga pernah ketemu sama mereka. Tapi lewat tulisan mereka, aku tahu kalau mereka bener-bener cinta sama Tuhan Yesus. Keren banget liat perjalanan hidup mereka bersama Tuhan. Keren banget prinsip-prinsip hidup mereka. Mereka bukan orang yang sempurna (ya iyalah mana ada manusia yang sempurna), tapi hati mereka itu bener-bener cinta banget sama Tuhan dan itu yang bikin aku amaze. Lewat itu aku jadi tau, oh ternyata hal simple kaya blog juga bisa Tuhan pakai untuk memberkati orang lain (contohnya aku yang sangat diberkati ketika baca tulisan mereka).

Lewat mereka juga aku jadi termotivasi  untuk semakin rajin nulis di blog ini. Hehehe ;p
Semoga lewat tulisan aku yang biasa ini bisa memberkati banyak orang, bisa membawa mereka makin rindu untuk kenal Tuhan Yesus dan bertumbuh di dalamNya. Amin. 😇

True Faith



Sebagai anak Tuhan kita pasti rindu memiliki iman yang sejati. Namun, seringkali anak Tuhan yang ngakunya rajin ke gereja, rajin baca alkitab, dan mungkin juga rajin pelayanan bisa saja memiliki iman yang salah. Tentu dong sebagai anak Tuhan yang punya kerinduan untuk berjalan bersamaNya dan punya hidup yang menyenangkan hatiNya, kita rindu memiliki iman yang sejati di dalam hidup ini. Setuju ? Lalu bagaimana caranya agar kita memiliki iman yang sejati itu ?
Kalau bicara tentang iman yang sejati, saya sangat terinpirasi sekali dengan Bapa Abraham. Ya, beliau adalah Bapa orang beriman. Dan menurut saya beliau pantas mendapatkan gelar itu karena memang di dalam hidupnya, Abraham adalah orang yang sungguh-sungguh memiliki kepercayaan yang mutlak kepada Allah, sekalipun di dalam hidupnya beliau juga bukanlah orang yang sempurna. Namun, kita bisa belajar banyak bagaimana beriman kepada Tuhan seperti yang sudah diteladankan di dalam hidupnya. Bagaimana kita bisa tau bahwa Abraham sungguh-sungguh memiliki hati yang percaya kepada Tuhan ? Setidaknya saya menemukan 3 hal yang dapat membuat kita melihat bahwa Abraham sungguh-sungguh percaya kepada Allah.

1.       Ia percaya bahwa Allah berdaulat di dalam hidupnya (Kejadian 12)
Tiba-tiba suatu hari Tuhan memerintahkan kamu untuk pergi dari rumahmu, meninggalkan semua barang kepunyaan kamu, meninggalkan semua sanak kerabat kamu, meninggalkan kenyamanan kamu dan pergi ke suatu tempat yang Tuhan akan berikan buat kamu. Masalahnya Tuhan ga kasih tahu sama kamu nama tempatnya. Kamu hanya harus taat, pergi meninggalkan itu semua dan mengikuti pimpinan Tuhan kemanapun Ia menyuruh kamu untuk melangkah. Apakah kamu akan menurutinya ?
Saya yakin hampir semua dari kita akan langsung diam dan menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan. Sebagian dari kita akan langsung menawar sama Tuhan, “Saya mau taat sama perintahMu. Tapi kasih tau dong tempatnya dimana dengan jelas. Supaya saya ga nge-blank dan saya tau saya mau pergi kemana.”

Namun, Abraham memiliki respon yang berbeda. Lalu apakah responnya ?
“Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya,...” Kejadian 12:4 (TB)

Setelah Tuhan memerintahkan Abraham pada ayat 1-3, tanpa banyak pertanyaan atau keragu-raguan Abraham segera pergi meninggalkan bangsanya. Pada mulanya Abraham tinggal di Ur-Kasdim. Ur-Kasdim terletak di sekitar daerah Mesopotamia dan peradaban di tempat itu sudah maju pada zaman itu. Coba bayangkan dengan keadaan tempat tinggal yang nyaman seperti itu, Abraham diperintahkan Tuhan untuk pergi meninggalkan semuanya. Bahkan dia harus pergi tanpa tahu dia harus pergi kemana. Namun karena iman, Abraham taat. Ia percaya kemanapun dia pergi dan apapun yang terjadi itu semua ada dalam kedaulatanNya Tuhan.
 Mungkin saat ini kamu kuliah atau bekerja di tempat atau bidang yang tidak kamu harapkan. Mungkin kamu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang kamu impikan, namun kamu gagal. Apakah pada saat itu kamu akan tetap bersyukur kepada Tuhan, tetap berusaha yang terbaik dan percaya bahwa Ia berdaulat dalam hidupmu ?

2.       Ia percaya bahwa Allah adalah Allah yang setia (Kejadian 15)
Umur Abraham dan Sara sudah tua. Lalu suatu hari Abraham berkata kepada Tuhan buat apa Tuhan memberikan kekayaan yang sangat banyak kepadanya. Toh, dia akan mati tanpa memiliki keturunan dan kekayaan itu akan jatuh kepada hambanya. Tapi Tuhan berfirman :

“Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu. Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Kejadian 15:4-5 (TB)

Kalau Abraham dan Sara masih dalam usia produktif, kita pasti akan percaya bahwa mereka pasti bisa punya anak. Tapi masalahnya pada saat Tuhan berfirman, Abraham sudah berumur lebih dari 75 tahun dan Sara lebih dari 60 tahun. Dan yang lebih parahnya lagi, Sara Mandul.
Coba bayangkan kalau suatu hari ada kakek nenek yang belum punya keturunan datang kepada kamu dan berkata kalau mereka akan segera punya bayi. Pasti kamu akan segera berpikir bahwa mereka sudah gila. Mana mungkin orang yang sudah sangat tua, kulitnya sudah keriput, jalannya sudah rada bongkok, dan sudah mati haid akan memiliki bayi yang akan lahir dari rahimnya.
Namun, respon Abraham berbeda :
“Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” Kejadian 15:6 (TB)

Abraham tetap percaya kepada Tuhan sekalipun itu adalah hal yang mustahil terjadi. Mengapa demikian ? Saya yakin karena dia mengenal AllahNya dengan baik dan dia tau bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang setia dan tidak pernah ingkar janji. Memang di dalam prosesnya, Allah tidak langsung memberikan apa yang Dia janjikan kepada Abraham. Abraham harus menunggu janji Tuhan selama lebih dari 10 tahun. Namun, seperti yang kita tahu, pada akhirnya Tuhan menepati janjiNya dan memberikan anak kepada Abraham dan Sara.
Bagaimana dengan kamu ? Apakah kamu sedang menantikan jawaban doa-mu ? Jawaban doa yang sudah kamu tunggu-tunggu sekian lama namun belum Tuhan jawab. Mungkin kamu merasa lelah, takut, kuatir, ingin menyerah, dan kamu mungkin berpikir Tuhan tidak mendengar doa-mu. Apakah pada saat itu kamu akan tetap mencari Tuhan, mencari apa yang menjadi kehendakNya dalam hidupmu ? Atau apakah kamu lebih memilih untuk pergi meninggalkanNya dan berjalan menurut kehendakmu ?

3.       Ia percaya bahwa Tuhan akan menyediakan (Kejadian 22)
Yes, akhirnya Tuhan menjawab doa Abraham. Di masa tuanya, waktu dimana seharusnya dia sudah menimang cucu, akhirnya dia dapat menimang anaknya sendiri. Anak yang lahir dari kandungan istrinya Sara yang telah sama-sama tua, mandul dan mati haid. Namun, tiba-tiba...

“Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilan ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan kukatakan kepadamu.” Kejadian 22:2 (TB)

Coba deh kamu tanyakan kepada pasangan suami istri yang sudah lama menantikan lahirnya anak dalam keluarga mereka, namun tiba-tiba setelah anak yang mereka nantikan itu lahir, mereka harus membunuh dan mempersembahkan kepada Tuhan. Kira-kira bagaimanakah perasaan mereka ? Saya yakin pasti mereka akan merasa seperti disambar petir di siang bolong. Kaget, syok, dan terpukul sekali. Mungkin mereka tidak mau taat, karena ini anak mereka satu-satunya, anak yang sangat mereka idam-idamkan, anak yang mereka tunggu bertahun-tahun.

Namun, respon Abraham berbeda. Bahkan ketika Ishak bertanya kepadanya, ia berkata :
“Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagiNya, anakku.” Kejadian 22:8 (TB)

Ia percaya bahwa Tuhan yang akan menyediakan anak domba itu. Di tengah kesedihan dan ketakutannya, Abraham TETAP taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

“Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.” Kejadian 22 : 10 (TB)

Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan menyediakan semuanya untuk kita ? Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita ?

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat memiliki iman yang sejati seperti yang Abraham miliki ? Tentu saja yang paling utama adalah kita memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan. Setiap hari kita harus membangun hubungan itu bersama dengan Tuhan. Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan itu memerlukan kerja keras dan ketekunan. Membangun kehidupan saat teduh kita, Membangun kehidupan doa kita. Namun, selain itu kita juga harus taat melaksanakan perintah Tuhan yang kita baca dan renungkan dalam Alkitab. Percuma saja kita rajin baca Alkitab kalau kita ga pernah melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita membangun hubungan dengan Tuhan dan taat kepada FirmanNya, iman kita akan semakin bertumbuh.

Dan apakah hasil yang didapat oleh Bapa Abraham untuk imannya itu ?

“Aku bersumpah demi diriKu sendiri –demikianlah Firman Tuhan- : karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, maka aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan FirmanKu.” Kejadian 22:16-18 (TB)

Ketika kamu memilih untuk taat dan beriman kepada Tuhan, mungkin kamu harus membayar harga yang mahal. Terkadang kamu harus membuat pilihan yang sebenarnya tidak kamu inginkan, pilihan antara melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan atau apa yang kamu kehendaki. Mungkin juga kamu harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapat jawaban doamu. Ada harga yang harus dibayar untuk ketaatanmu kepada Tuhan. Namun, sama seperti Bapa Abraham, ketika beliau memilih untuk taat dan beriman kepada Tuhan. Kita dapat lihat hasilnya, ia sangat diberkati oleh Tuhan bahkan melalui dia bangsa-bangsa lain juga diberkati.
Sekarang pilihannya ada di tanganmu. Apakah kamu hanya ingin menjadi seorang Kristen yang biasa-biasa saja atau kamu mau hidupmu dipakai Tuhan dengan luar biasa dan hidupmu dapat menjadi kesaksian yang memberkati banyak orang. Apakah yang akan kamu pilih?

(sudah diterbitkan di Wave Newsletter Juli 2015. Dengan sedikit perubahan)