10 April 2013

Cinta Sejati



Winnie the pooh pernah berkata, “Jika kau hidup seribu tahun lagi, aku ingin hidup seribu tahun kurang satu hari.” Bukankah ini terdengar manis sekali ? Sepertinya kita juga ingin berkata demikian pada pasangan atau anak kita untuk menunjukan betapa kita sangat mencintainya. Kita ingin hidup selama mungkin dengannya tapi tak ingin kehilangan dia. Saya mengenal sepasang suami istri yang bahkan “berebut” ingin dipanggil ke rumah Bapa lebih dulu karena takut hidup tanpa pasangan yang sudah menemani berpuluh-puluh tahun. Inikah yang disebut cinta sejati ?
Saya berpikir begitu sampai suatu kali saya mengunjungi Pak Harjo Suwito. Di usianya yang sudah berkepala tujuh, beliau hanya tinggal berdua dengan sang istri karena kedua putra mereka sudah berpulang terlebih dahulu. Dulunya Pak Harjo bekerja sebagai penarik iuran kematian. Ia berkeliling dari rumah ke rumah dengan menaiki sepeda tuanya. Namun, sejak istrinya sakit arah dan hanya bisa terbaring di atas tempat tidur, praktis Pak Harjo tidak bisa ke mana-man. Untuk ke gereja pun, ia harus mengupah orang untuk menjaga Bu Harjo. Kegiatannya sehari-hari kini hanya merawat istrinya sambil menunggui dagangannya yang hanya berupa satu tong minyak tanah yang lakunya tak seberapa. Saat kami ke rumah beliau, (maaf) bau tidak enak langsung menyeruak. Kami sangat memaklumi karena Bu Harjo hanya bisa beraktivitas dia atas pembaringan. Meskipun demikian, Pak Harjo tetap merawat istrinya dengan setia.
Di tengah perbincangan, Pak Harjo berucap, “Seandainya Bapak dipanggil lebih dulu, siapa yang akan merawat ibu ? Makanya Bapak berharap dipanggil belakangan.” Satu survei mencatat bahwa kehilangan pasangan merupakan sumber depresi terbesar manusia. Namun, Pak Harjo bersedia mengalaminya supaya istrinya tetap ada yang merawat samai mengembuskan nafas terakhir. Bukankah ini yang lebih pantas disebut sebagai cinta sejati ? Bersedia berkorban mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan demi kebaikan yang dicintainya. Bukankah cinta juga termasuk kita mau merawat dan berkorban bagi orang lain (Ef 5:29) ? Nah, bagaimana anda menunjukkan kesejatian cinta anda ?
Diambil dari : Renungan Spirit for Woman Edisi April 2013 (Tanggal 6 April 2013)

2 comments:

Lasma Manullang said...

Setuju! Dulu tiap denger 'kamu ga boleh mati dluan.kalau kamu mati,aku nanti bagaimana?'

Ada kegoisan yang berkesan menyanjung. Pas baca tulisan ini,makin diteguhin. hehehe.

Lucy_1188 said...

sipp :)