Winnie the pooh pernah
berkata, “Jika kau hidup seribu tahun lagi, aku ingin hidup seribu tahun kurang
satu hari.” Bukankah ini terdengar manis sekali ? Sepertinya kita juga ingin
berkata demikian pada pasangan atau anak kita untuk menunjukan betapa kita
sangat mencintainya. Kita ingin hidup selama mungkin dengannya tapi tak ingin
kehilangan dia. Saya mengenal sepasang suami istri yang bahkan “berebut” ingin
dipanggil ke rumah Bapa lebih dulu karena takut hidup tanpa pasangan yang sudah
menemani berpuluh-puluh tahun. Inikah yang disebut cinta sejati ?
Saya berpikir begitu
sampai suatu kali saya mengunjungi Pak Harjo Suwito. Di usianya yang sudah
berkepala tujuh, beliau hanya tinggal berdua dengan sang istri karena kedua
putra mereka sudah berpulang terlebih dahulu. Dulunya Pak Harjo bekerja sebagai
penarik iuran kematian. Ia berkeliling dari rumah ke rumah dengan menaiki
sepeda tuanya. Namun, sejak istrinya sakit arah dan hanya bisa terbaring di
atas tempat tidur, praktis Pak Harjo tidak bisa ke mana-man. Untuk ke gereja pun,
ia harus mengupah orang untuk menjaga Bu Harjo. Kegiatannya sehari-hari kini
hanya merawat istrinya sambil menunggui dagangannya yang hanya berupa satu tong
minyak tanah yang lakunya tak seberapa. Saat kami ke rumah beliau, (maaf) bau
tidak enak langsung menyeruak. Kami sangat memaklumi karena Bu Harjo hanya bisa
beraktivitas dia atas pembaringan. Meskipun demikian, Pak Harjo tetap merawat
istrinya dengan setia.
Di tengah perbincangan,
Pak Harjo berucap, “Seandainya Bapak dipanggil lebih dulu, siapa yang akan
merawat ibu ? Makanya Bapak berharap dipanggil belakangan.” Satu survei
mencatat bahwa kehilangan pasangan merupakan sumber depresi terbesar manusia.
Namun, Pak Harjo bersedia mengalaminya supaya istrinya tetap ada yang merawat
samai mengembuskan nafas terakhir. Bukankah ini yang lebih pantas disebut
sebagai cinta sejati ? Bersedia berkorban mengalami sesuatu yang tidak
menyenangkan demi kebaikan yang dicintainya. Bukankah cinta juga termasuk kita
mau merawat dan berkorban bagi orang lain (Ef 5:29) ? Nah, bagaimana anda
menunjukkan kesejatian cinta anda ?
Diambil dari : Renungan
Spirit for Woman Edisi April 2013 (Tanggal
6 April 2013)
2 comments:
Setuju! Dulu tiap denger 'kamu ga boleh mati dluan.kalau kamu mati,aku nanti bagaimana?'
Ada kegoisan yang berkesan menyanjung. Pas baca tulisan ini,makin diteguhin. hehehe.
sipp :)
Post a Comment