31 March 2015

Life is too short

Minggu-minggu ini adalah minggu yang membuat saya sedih. Saya menemukan banyak berita dukacita yang saya dengar.
- Mr. Lee Kuan Yew, founding father of Singapore
- Olga syahputra, Presenter Dahsyat RCTI
- Mamanya teman kuliah saya
- Keponakan salah seorang teman di kantor saya yang dulu
- Seorang hamba Tuhan di sebuah gereja di Kota Bandung yang saya tidak kenal (namun karena saya follow instagram gereja tempat beliau melayani sehingga saya tau)

Kematian bukanlah sebuah hal yang asing lagi bagi kita sebagai manusia. Kematian adalah sesuatu yang pasti akan dialami oleh siapapun. Tidak ada seorangpun yang akan terlepas dari kematian, siapapun itu. Kita ga akan pernah tau kapan kita akan meninggal dan dengan cara apa kita akan meninggal. Yang pasti kita tau adalah suatu saat kita akan mengalaminya.

Lewat beberapa peristiwa kedukaan yang terjadi beberapa minggu ini membuat saya belajar dan mengingat kembali beberapa hal di bawah ini :

Dulu, saya adalah orang yang sangat takut akan kematian. Rasanya kalau uda malem dan waktunya tidur, saya takut besok ga akan bangun lagi. Rasanya hati saya ga damai kalau inget sama satu kata, yaitu kematian. Namun, itu berubah sejak saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi. Saya bisa berdamai dengan rasa takut itu. Ketika saya memikirkan kematian, saya ga parno lagi. Mengapa demikian ? Karena saya tau kalau saya meninggal, itu artinya saya akan bertemu muka dengan seseorang yang sangat mengasihi saya, yaitu Tuhan Yesus.

Bagaimana dengan teman-teman semua ? Sudahkah ada damai di hati kalian bila kalian mengingat tentang kematian ? Kalau belum, carilah sumber damai itu, yaitu Tuhan Yesus sendiri.

Selain itu, saya juga belajar yang paling penting adalah bukan seberapa lama seseorang hidup tapi apa yang dilakukan oleh orang itu selama ia hidup. Dampak positif apa yang bisa diberikan oleh orang tersebut selama hidupnya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Mengapa demikian ?

Saya belajar banyak dari kepergian Mr. Lee Kuan Yew, Bapa Singapura. Beliau berjuang untuk membangun Singapura, sehingga bisa menjadi Singapura yang kita kenal saat ini. Singapura yang aman, maju dan mempunyai nilai yang baik di mata dunia. Ketika beliau meninggal, banyak orang menangis karena kehilangan sosok yang berjasa bagi negara mereka.

Mungkin kita tidak sehebat Mr. Lee Kuan Yew yang mampu membangun Singapura dan mempengaruhi hidup banyak orang. Namun, mampukah kita mempengaruhi hidup orang-orang yang ada di sekitar kita dan menjadi dampak yang positif bagi mereka ? Apakah pada saat kita meninggal nanti, orang-orang akan menangis sedih karena kehilangan sosok yang berjasa bagi mereka atau justru bersyukur karena orang yang menyiksa hidup mereka sudah meninggal. Pilihannya ada di tangan kita, seperti apakah kita akan dikenang nanti.

No comments: