14 July 2015

True Faith



Sebagai anak Tuhan kita pasti rindu memiliki iman yang sejati. Namun, seringkali anak Tuhan yang ngakunya rajin ke gereja, rajin baca alkitab, dan mungkin juga rajin pelayanan bisa saja memiliki iman yang salah. Tentu dong sebagai anak Tuhan yang punya kerinduan untuk berjalan bersamaNya dan punya hidup yang menyenangkan hatiNya, kita rindu memiliki iman yang sejati di dalam hidup ini. Setuju ? Lalu bagaimana caranya agar kita memiliki iman yang sejati itu ?
Kalau bicara tentang iman yang sejati, saya sangat terinpirasi sekali dengan Bapa Abraham. Ya, beliau adalah Bapa orang beriman. Dan menurut saya beliau pantas mendapatkan gelar itu karena memang di dalam hidupnya, Abraham adalah orang yang sungguh-sungguh memiliki kepercayaan yang mutlak kepada Allah, sekalipun di dalam hidupnya beliau juga bukanlah orang yang sempurna. Namun, kita bisa belajar banyak bagaimana beriman kepada Tuhan seperti yang sudah diteladankan di dalam hidupnya. Bagaimana kita bisa tau bahwa Abraham sungguh-sungguh memiliki hati yang percaya kepada Tuhan ? Setidaknya saya menemukan 3 hal yang dapat membuat kita melihat bahwa Abraham sungguh-sungguh percaya kepada Allah.

1.       Ia percaya bahwa Allah berdaulat di dalam hidupnya (Kejadian 12)
Tiba-tiba suatu hari Tuhan memerintahkan kamu untuk pergi dari rumahmu, meninggalkan semua barang kepunyaan kamu, meninggalkan semua sanak kerabat kamu, meninggalkan kenyamanan kamu dan pergi ke suatu tempat yang Tuhan akan berikan buat kamu. Masalahnya Tuhan ga kasih tahu sama kamu nama tempatnya. Kamu hanya harus taat, pergi meninggalkan itu semua dan mengikuti pimpinan Tuhan kemanapun Ia menyuruh kamu untuk melangkah. Apakah kamu akan menurutinya ?
Saya yakin hampir semua dari kita akan langsung diam dan menimbang-nimbang apa yang harus dilakukan. Sebagian dari kita akan langsung menawar sama Tuhan, “Saya mau taat sama perintahMu. Tapi kasih tau dong tempatnya dimana dengan jelas. Supaya saya ga nge-blank dan saya tau saya mau pergi kemana.”

Namun, Abraham memiliki respon yang berbeda. Lalu apakah responnya ?
“Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya,...” Kejadian 12:4 (TB)

Setelah Tuhan memerintahkan Abraham pada ayat 1-3, tanpa banyak pertanyaan atau keragu-raguan Abraham segera pergi meninggalkan bangsanya. Pada mulanya Abraham tinggal di Ur-Kasdim. Ur-Kasdim terletak di sekitar daerah Mesopotamia dan peradaban di tempat itu sudah maju pada zaman itu. Coba bayangkan dengan keadaan tempat tinggal yang nyaman seperti itu, Abraham diperintahkan Tuhan untuk pergi meninggalkan semuanya. Bahkan dia harus pergi tanpa tahu dia harus pergi kemana. Namun karena iman, Abraham taat. Ia percaya kemanapun dia pergi dan apapun yang terjadi itu semua ada dalam kedaulatanNya Tuhan.
 Mungkin saat ini kamu kuliah atau bekerja di tempat atau bidang yang tidak kamu harapkan. Mungkin kamu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang kamu impikan, namun kamu gagal. Apakah pada saat itu kamu akan tetap bersyukur kepada Tuhan, tetap berusaha yang terbaik dan percaya bahwa Ia berdaulat dalam hidupmu ?

2.       Ia percaya bahwa Allah adalah Allah yang setia (Kejadian 15)
Umur Abraham dan Sara sudah tua. Lalu suatu hari Abraham berkata kepada Tuhan buat apa Tuhan memberikan kekayaan yang sangat banyak kepadanya. Toh, dia akan mati tanpa memiliki keturunan dan kekayaan itu akan jatuh kepada hambanya. Tapi Tuhan berfirman :

“Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu. Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Kejadian 15:4-5 (TB)

Kalau Abraham dan Sara masih dalam usia produktif, kita pasti akan percaya bahwa mereka pasti bisa punya anak. Tapi masalahnya pada saat Tuhan berfirman, Abraham sudah berumur lebih dari 75 tahun dan Sara lebih dari 60 tahun. Dan yang lebih parahnya lagi, Sara Mandul.
Coba bayangkan kalau suatu hari ada kakek nenek yang belum punya keturunan datang kepada kamu dan berkata kalau mereka akan segera punya bayi. Pasti kamu akan segera berpikir bahwa mereka sudah gila. Mana mungkin orang yang sudah sangat tua, kulitnya sudah keriput, jalannya sudah rada bongkok, dan sudah mati haid akan memiliki bayi yang akan lahir dari rahimnya.
Namun, respon Abraham berbeda :
“Lalu percayalah Abram kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran” Kejadian 15:6 (TB)

Abraham tetap percaya kepada Tuhan sekalipun itu adalah hal yang mustahil terjadi. Mengapa demikian ? Saya yakin karena dia mengenal AllahNya dengan baik dan dia tau bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang setia dan tidak pernah ingkar janji. Memang di dalam prosesnya, Allah tidak langsung memberikan apa yang Dia janjikan kepada Abraham. Abraham harus menunggu janji Tuhan selama lebih dari 10 tahun. Namun, seperti yang kita tahu, pada akhirnya Tuhan menepati janjiNya dan memberikan anak kepada Abraham dan Sara.
Bagaimana dengan kamu ? Apakah kamu sedang menantikan jawaban doa-mu ? Jawaban doa yang sudah kamu tunggu-tunggu sekian lama namun belum Tuhan jawab. Mungkin kamu merasa lelah, takut, kuatir, ingin menyerah, dan kamu mungkin berpikir Tuhan tidak mendengar doa-mu. Apakah pada saat itu kamu akan tetap mencari Tuhan, mencari apa yang menjadi kehendakNya dalam hidupmu ? Atau apakah kamu lebih memilih untuk pergi meninggalkanNya dan berjalan menurut kehendakmu ?

3.       Ia percaya bahwa Tuhan akan menyediakan (Kejadian 22)
Yes, akhirnya Tuhan menjawab doa Abraham. Di masa tuanya, waktu dimana seharusnya dia sudah menimang cucu, akhirnya dia dapat menimang anaknya sendiri. Anak yang lahir dari kandungan istrinya Sara yang telah sama-sama tua, mandul dan mati haid. Namun, tiba-tiba...

“Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilan ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan kukatakan kepadamu.” Kejadian 22:2 (TB)

Coba deh kamu tanyakan kepada pasangan suami istri yang sudah lama menantikan lahirnya anak dalam keluarga mereka, namun tiba-tiba setelah anak yang mereka nantikan itu lahir, mereka harus membunuh dan mempersembahkan kepada Tuhan. Kira-kira bagaimanakah perasaan mereka ? Saya yakin pasti mereka akan merasa seperti disambar petir di siang bolong. Kaget, syok, dan terpukul sekali. Mungkin mereka tidak mau taat, karena ini anak mereka satu-satunya, anak yang sangat mereka idam-idamkan, anak yang mereka tunggu bertahun-tahun.

Namun, respon Abraham berbeda. Bahkan ketika Ishak bertanya kepadanya, ia berkata :
“Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagiNya, anakku.” Kejadian 22:8 (TB)

Ia percaya bahwa Tuhan yang akan menyediakan anak domba itu. Di tengah kesedihan dan ketakutannya, Abraham TETAP taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.

“Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.” Kejadian 22 : 10 (TB)

Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan menyediakan semuanya untuk kita ? Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita ?

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat memiliki iman yang sejati seperti yang Abraham miliki ? Tentu saja yang paling utama adalah kita memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan. Setiap hari kita harus membangun hubungan itu bersama dengan Tuhan. Membangun hubungan pribadi dengan Tuhan itu memerlukan kerja keras dan ketekunan. Membangun kehidupan saat teduh kita, Membangun kehidupan doa kita. Namun, selain itu kita juga harus taat melaksanakan perintah Tuhan yang kita baca dan renungkan dalam Alkitab. Percuma saja kita rajin baca Alkitab kalau kita ga pernah melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita membangun hubungan dengan Tuhan dan taat kepada FirmanNya, iman kita akan semakin bertumbuh.

Dan apakah hasil yang didapat oleh Bapa Abraham untuk imannya itu ?

“Aku bersumpah demi diriKu sendiri –demikianlah Firman Tuhan- : karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, maka aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan FirmanKu.” Kejadian 22:16-18 (TB)

Ketika kamu memilih untuk taat dan beriman kepada Tuhan, mungkin kamu harus membayar harga yang mahal. Terkadang kamu harus membuat pilihan yang sebenarnya tidak kamu inginkan, pilihan antara melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan atau apa yang kamu kehendaki. Mungkin juga kamu harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapat jawaban doamu. Ada harga yang harus dibayar untuk ketaatanmu kepada Tuhan. Namun, sama seperti Bapa Abraham, ketika beliau memilih untuk taat dan beriman kepada Tuhan. Kita dapat lihat hasilnya, ia sangat diberkati oleh Tuhan bahkan melalui dia bangsa-bangsa lain juga diberkati.
Sekarang pilihannya ada di tanganmu. Apakah kamu hanya ingin menjadi seorang Kristen yang biasa-biasa saja atau kamu mau hidupmu dipakai Tuhan dengan luar biasa dan hidupmu dapat menjadi kesaksian yang memberkati banyak orang. Apakah yang akan kamu pilih?

(sudah diterbitkan di Wave Newsletter Juli 2015. Dengan sedikit perubahan)

No comments: