Langit tampak mendung. Entah mengapa
matahari menyembunyikan dirinya di balik awan-awan putih itu. Banyak kendaraan
yang lalu lalang. Ada juga pedagang bunga yang menunggu dagangannya sambil
mengantuk. Tak jauh dari situ, di sebuah pemakaman yang sepi berdiri seorang
pemuda sambil memegang seikat bunga. Dengan tubuhnya yang tegap, dia memegang
bunga sambil memandangi batu nisan itu. Matanya berkaca-kaca saat memandangi
batu nisan itu. Teringat dengan jelas di dalam benaknya kejadian dua tahun
lalu, kejadian yang tidak dapat dilupakannya sampai kapanpun.
***
2 tahun yang lalu…
Jason duduk di kursi taman yang terletak tidak jauh dari
perpustakaan kampusnya sambil merokok. Dihisapnya rokok itu dalam-dalam lalu
dikeluarkannya melalui hidung dan mulutnya. Tiba-tiba terdengar handphonenya
berbunyi menandakan ada telepon yang masuk. Segera diangkatnya telepon yang
masuk itu.
“Son, loe dimana ? Ga masuk kelas ?” Tanya Kefas, yang ternyata
adalah penelpon itu.
“Gw di taman. Enggak ah, gw lagi ga mood kuliah.” Ucap Jason.
“Kuliah itu mahal. Sayang Son kalau loe ga masuk kelas.” Ucap Kefas
“Ya udah, loe aja yang kuliah. Ga usah pikirin gw. Oke.” Klik, Jason segera memutuskan
pembicaraannya dengan Kefas di telepon sebelum Kefas melanjutkan ceramahnya.
Kefas adalah sahabatnya
waktu SMP. Waktu itu Kefas adalah anak yang minder & culun sehingga sering
dikerjai oleh teman-teman sekelasnya. Ada yang suka mengejek dia,
menyembunyikan barang miliknya, bahkan sampai memasukannya ke dalam tong sampah. Jason yang adalah teman sebangkunya
tidak senang melihat itu. Setiap kali ada yang mengerjai Kefas, Jason selalu
membela dan menolongnya. Dan sejak saat itu Jason dan Kefas menjadi sahabat.
Namun sayang komunikasi mereka terputus karena Jason harus melanjutkan SMA-nya
di luar negeri.
Tapi memang benar
apa kata pepatah, kalau jodoh tidak akan lari kemana. Seusai Jason menamatkan
SMA-nya di luar negeri, dia kembali ke Indonesia untuk melanjutkan studinya
dalam meraih gelar sarjana. Dan ajaibnya Jason bertemu kembali dengan Kefas.
Ternyata mereka kuliah di universitas yang sama bahkan di jurusan yang sama
pula.
Kefas yang sekarang sangat berbeda dengan Kefas yang dulu. Sekarang
Kefas tampil percaya diri, lain dengan waktu SMP. Bahkan sekarang Kefas menjadi
bintang kampus. Banyak mahasiswi yang diam-diam menyukainya dan tidak sedikit
yang mencoba untuk menarik perhatiannya. Banyak dosen yang memintanya untuk
menjadi asisten di kelas yang diajar mereka.
***
Di kantin…
“Son, kenapa sih loe sekarang jadi ngerokok ?” Tanya Kefas.
“Ngga apa-apa. Emang ada yang salah dengan merokok ?”
“Jelaslah salah. Loe lagi ngebahayain diri loe. Loe bisa kena
kanker tau.” Ucap Kefas.
“Lebih bagus kalau gitu. Biar gw cepet mati aja.” Ucap Jason.
“Kenapa sih loe berubah, Son ?” Lanjut Kefas, “Mana Jason yang gw
kenal dulu ? Jason yang rajin dan selalu jadi juara kelas. Jason yang selalu
optimis dan berjuang untuk hidup. Jason yang ga pernah menyerah sebesar apapun
rintangan itu.”
“Jason yang dulu uda ngga ada, Fas. Jason yang dulu uda ‘mati’.”
Ucap Jason sambil berdiri.
“Loe ga boleh ngehancurin diri loe sendiri karena masalah loe.”
Lanjut Kefas, “Tuhan punya rencana yang indah buat hidup loe. Loe sangat
berharga di mataNya sampai Dia mau mengorbankan dirinya buat loe. Jangan
sia-siain hidup loe Son.”
“Sorry Fas. Gw ga ngerti apa yang loe omongin. Gw pulang dulu.”
Ucap Jason meninggalkan Kefas tanpa memperdulikan panggilan sahabatnya itu.
***
Kefas benar,
seharusnya dia tidak menghancurkan dirinya sendiri karena masalah orang tuanya.
Namun, dia tidak mampu menghadapi kenyataan. Waktu dia pulang ke Indonesia, dia
dijemput oleh mamanya di bandara. Jason melihat wajah mamanya berwarna biru
lebam dan matanya terlihat sembap seperti habis menangis. Jason bertanya
mengapa wajah mamanya seperti itu, mamanya hanya menjawab wajahnya tidak
sengaja terbentur lemari.
Namun ternyata bukan itu yang menjadi penyebab wajah mamanya biru
seperti itu. Ternyata mamanya habis dipukuli oleh pria yang dipanggilnya papa.
Dan itu bukan dilakukan pria itu sekali dua kali. Jason baru tau kalau pria itu
sudah melakukannya sejak dia SMP, namun Jason tidak pernah tau hal itu.
Itulah alasannya mengapa dia disekolahkan oleh ibunya ke luar
negeri, agar dia tidak mengetahui hal ini. Dan itulah sebabnya mengapa suara
mama seperti habis menangis apabila mama menelponnya. Jason sangat marah
mendengar hal itu dan ingin membalas perlakuan papanya. Namun, mamanya berkata
bahwa itu semua bukan salah papanya, tapi salah mamanya. Dan mamanya pantas
mendapat perlakuan itu.
Jason bertanya kepada mamanya apa yang jadi kesalahannya sehingga
ia harus dipukul oleh papanya. Menurut Jason sebesar apapun kesalahan seorang
istri, tidak pantas seorang suami memukulinya. Jason akhirnya tau kalau
ternyata papanya terpaksa menikah dengan mamanya karena dijodohkan oleh orang
tuanya. Pada awalnya papanya bersikeras tidak mau menikah dengan mamanya,
karena dia sudah memiliki perempuan yang dicintainya. Namun, karena keluarga
mama adalah orang kaya dan keluarga papa sangat membutuhkan bantuan modal saat
itu, maka akhirnya papa bersedia menikah dengan mama. Padahal papa tidak pernah
mencintai mama sedikitpun. Sedangkan Mama sangat mencintai papa sehingga dia
selalu menyembunyikan masalah ini dari keluarga besarnya dan itulah juga yang
membuatnya bertahan menerima perlakuan buruk dari papanya sampai saat ini.
Mamanya sempat berharap papanya bisa mencintainya sejak kelahiran
Jason. Namun, ternyata harapan mama hanyalah harapan kosong. Papa tidak pernah
mencintai mama, bahkan papa tidak pernah mencintai dirinya yang adalah darah
dagingnya sendiri. Itulah alasan mengapa sejak kecil papa selalu bersikap
dingin kepadanya dan tidak peduli kepadanya.
***
Untuk melupakan masalah yang dialaminya, Jason mulai merokok. Dia
mulai malas untuk kuliah. Nilai-nilainya turun dengan cepat. Dia pernah mencoba
mengajak mamanya pisah rumah dengan papa, namun mamanya tidak mau karena dia
sangat mencintai papanya. Dia merasa muak dengan hidupnya dan merasa ingin
cepat-cepat mengakhirinya agar tidak usah melihat mamanya menderita disiksa
oleh ayahnya lagi.
“Son, kita ke gereja yuk. Gw mau ajak loe ikut persekutuan.” Ajak
Kefas.
“Ngga Fas. Gw ga mau ikut. Berkali-kali gw uda ngomong, gw ga mau
ikut.” Lanjut Jason sambil berlari menyebrang jalan, “Gw pergi dulu.”
Tanpa Jason sadari
ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat cepat menuju arahnya. Dan Jason
berpikir ini adalah saat terakhir di dalam hidupnya. Namun, tiba-tiba ada
sebuah tangan yang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia terjatuh ke
pinggir. Dan tabrakan itupun terjadi, dilihatnya Kefas tergeletak di pinggir
jalan dengan tubuh yang berlumuran darah. Jason segera berlari menghampiri
Kefas.
“Kenapa loe lakuin ini Fas ? Seharusnya gw yang ditabrak, bukan
loe.” Ucap Jason sambil menangis.
“Yesus mengasihimu. Kembalilah kepadanya.” Ucap Kefas dengan wajah
yang berlumuran darah.
“Gw ga pantas Fas. Gw orang yang jahat karena ga bisa membela mama.
Gw orang yang ga berharga dan ga pantas menerima semua ini.” Tangis Jason.
“Anggap saja Tuhan memberimu kesempatan yang kedua. Son, Inilah
saat yang paling gw nantikan, saat gw bisa kasih tau sahabat gw arti sebuah
pengorbanan. Karena loe sangat berharga di mata gw & di mataNya.” Ucap
Kefas sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.
“Kefasssssss…” Teriak Jason sambil menangis.
***
Tuhan, terima kasih karena
telah memberikan kepadaku kesempatan yang kedua. Tuhan, Tolong sampaikan pada
Kefas bahwa pengorbanannya tidak sia-sia. Karena dia aku jadi tau arti sebuah
pengorbanan. Karena dia aku jadi tau bahwa aku sangat berharga di mataMu.
Terima kasih, Tuhan. Tuhan, tolong sampaikan pada Kefas bahwa aku
merindukannya. Tolong katakan padanya untuk menungguku, karena aku akan kembali
bertemu dengannya di rumahMu suatu hari nanti. >>Lucy1188
***
Yesus
mengasihimu. Apapun masalahmu jangan pernah melarikan diri kepada hal-hal yang
merusak. Berlarilah kepadaNya karena hanya Dia yang dapat menjawab setiap
permasalahanmu. Jangan sia-siakan pengorbananNya di atas kayu salib. Hiduplah
dengan benar & selalu berjalan bersamaNya. Karena kamu tak ternilai di mataNya.
Dipublikasikan di Heaven’s Wind
Magazine 27th Edition
No comments:
Post a Comment