13 June 2013

God gives me an angel


          Langit tampak mendung. Entah mengapa matahari menyembunyikan dirinya di balik awan-awan putih itu. Banyak kendaraan yang lalu lalang. Ada juga pedagang bunga yang menunggu dagangannya sambil mengantuk. Tak jauh dari situ, di sebuah pemakaman yang sepi berdiri seorang pemuda sambil memegang seikat bunga. Dengan tubuhnya yang tegap, dia memegang bunga sambil memandangi batu nisan itu. Matanya berkaca-kaca saat memandangi batu nisan itu. Teringat dengan jelas di dalam benaknya kejadian dua tahun lalu, kejadian yang tidak dapat dilupakannya sampai kapanpun.

***



2 tahun yang lalu…

Jason duduk di kursi taman yang terletak tidak jauh dari perpustakaan kampusnya sambil merokok. Dihisapnya rokok itu dalam-dalam lalu dikeluarkannya melalui hidung dan mulutnya. Tiba-tiba terdengar handphonenya berbunyi menandakan ada telepon yang masuk. Segera diangkatnya telepon yang masuk itu.

“Son, loe dimana ? Ga masuk kelas ?” Tanya Kefas, yang ternyata adalah penelpon itu.

“Gw di taman. Enggak ah, gw lagi ga mood kuliah.” Ucap Jason.

“Kuliah itu mahal. Sayang Son kalau loe ga masuk kelas.” Ucap Kefas

“Ya udah, loe aja yang kuliah. Ga usah pikirin gw. Oke.” Klik, Jason segera memutuskan pembicaraannya dengan Kefas di telepon sebelum Kefas melanjutkan ceramahnya.

          Kefas adalah sahabatnya waktu SMP. Waktu itu Kefas adalah anak yang minder & culun sehingga sering dikerjai oleh teman-teman sekelasnya. Ada yang suka mengejek dia, menyembunyikan barang miliknya, bahkan sampai memasukannya ke  dalam tong sampah. Jason yang adalah teman sebangkunya tidak senang melihat itu. Setiap kali ada yang mengerjai Kefas, Jason selalu membela dan menolongnya. Dan sejak saat itu Jason dan Kefas menjadi sahabat. Namun sayang komunikasi mereka terputus karena Jason harus melanjutkan SMA-nya di luar negeri.

          Tapi memang benar apa kata pepatah, kalau jodoh tidak akan lari kemana. Seusai Jason menamatkan SMA-nya di luar negeri, dia kembali ke Indonesia untuk melanjutkan studinya dalam meraih gelar sarjana. Dan ajaibnya Jason bertemu kembali dengan Kefas. Ternyata mereka kuliah di universitas yang sama bahkan di jurusan yang sama pula.

Kefas yang sekarang sangat berbeda dengan Kefas yang dulu. Sekarang Kefas tampil percaya diri, lain dengan waktu SMP. Bahkan sekarang Kefas menjadi bintang kampus. Banyak mahasiswi yang diam-diam menyukainya dan tidak sedikit yang mencoba untuk menarik perhatiannya. Banyak dosen yang memintanya untuk menjadi asisten di kelas yang diajar mereka.

***



Di kantin…

“Son, kenapa sih loe sekarang jadi ngerokok ?” Tanya Kefas.

“Ngga apa-apa. Emang ada yang salah dengan merokok ?”

“Jelaslah salah. Loe lagi ngebahayain diri loe. Loe bisa kena kanker tau.” Ucap Kefas.

“Lebih bagus kalau gitu. Biar gw cepet mati aja.” Ucap Jason.

“Kenapa sih loe berubah, Son ?” Lanjut Kefas, “Mana Jason yang gw kenal dulu ? Jason yang rajin dan selalu jadi juara kelas. Jason yang selalu optimis dan berjuang untuk hidup. Jason yang ga pernah menyerah sebesar apapun rintangan itu.”

“Jason yang dulu uda ngga ada, Fas. Jason yang dulu uda ‘mati’.” Ucap Jason sambil berdiri.

“Loe ga boleh ngehancurin diri loe sendiri karena masalah loe.” Lanjut Kefas, “Tuhan punya rencana yang indah buat hidup loe. Loe sangat berharga di mataNya sampai Dia mau mengorbankan dirinya buat loe. Jangan sia-siain hidup loe Son.”

“Sorry Fas. Gw ga ngerti apa yang loe omongin. Gw pulang dulu.” Ucap Jason meninggalkan Kefas tanpa memperdulikan panggilan sahabatnya itu.

***



          Kefas benar, seharusnya dia tidak menghancurkan dirinya sendiri karena masalah orang tuanya. Namun, dia tidak mampu menghadapi kenyataan. Waktu dia pulang ke Indonesia, dia dijemput oleh mamanya di bandara. Jason melihat wajah mamanya berwarna biru lebam dan matanya terlihat sembap seperti habis menangis. Jason bertanya mengapa wajah mamanya seperti itu, mamanya hanya menjawab wajahnya tidak sengaja terbentur lemari.

Namun ternyata bukan itu yang menjadi penyebab wajah mamanya biru seperti itu. Ternyata mamanya habis dipukuli oleh pria yang dipanggilnya papa. Dan itu bukan dilakukan pria itu sekali dua kali. Jason baru tau kalau pria itu sudah melakukannya sejak dia SMP, namun Jason tidak pernah tau hal itu.

Itulah alasannya mengapa dia disekolahkan oleh ibunya ke luar negeri, agar dia tidak mengetahui hal ini. Dan itulah sebabnya mengapa suara mama seperti habis menangis apabila mama menelponnya. Jason sangat marah mendengar hal itu dan ingin membalas perlakuan papanya. Namun, mamanya berkata bahwa itu semua bukan salah papanya, tapi salah mamanya. Dan mamanya pantas mendapat perlakuan itu.

Jason bertanya kepada mamanya apa yang jadi kesalahannya sehingga ia harus dipukul oleh papanya. Menurut Jason sebesar apapun kesalahan seorang istri, tidak pantas seorang suami memukulinya. Jason akhirnya tau kalau ternyata papanya terpaksa menikah dengan mamanya karena dijodohkan oleh orang tuanya. Pada awalnya papanya bersikeras tidak mau menikah dengan mamanya, karena dia sudah memiliki perempuan yang dicintainya. Namun, karena keluarga mama adalah orang kaya dan keluarga papa sangat membutuhkan bantuan modal saat itu, maka akhirnya papa bersedia menikah dengan mama. Padahal papa tidak pernah mencintai mama sedikitpun. Sedangkan Mama sangat mencintai papa sehingga dia selalu menyembunyikan masalah ini dari keluarga besarnya dan itulah juga yang membuatnya bertahan menerima perlakuan buruk dari papanya sampai saat ini.

Mamanya sempat berharap papanya bisa mencintainya sejak kelahiran Jason. Namun, ternyata harapan mama hanyalah harapan kosong. Papa tidak pernah mencintai mama, bahkan papa tidak pernah mencintai dirinya yang adalah darah dagingnya sendiri. Itulah alasan mengapa sejak kecil papa selalu bersikap dingin kepadanya dan tidak peduli kepadanya.

***



Untuk melupakan masalah yang dialaminya, Jason mulai merokok. Dia mulai malas untuk kuliah. Nilai-nilainya turun dengan cepat. Dia pernah mencoba mengajak mamanya pisah rumah dengan papa, namun mamanya tidak mau karena dia sangat mencintai papanya. Dia merasa muak dengan hidupnya dan merasa ingin cepat-cepat mengakhirinya agar tidak usah melihat mamanya menderita disiksa oleh ayahnya lagi.

“Son, kita ke gereja yuk. Gw mau ajak loe ikut persekutuan.” Ajak Kefas.

“Ngga Fas. Gw ga mau ikut. Berkali-kali gw uda ngomong, gw ga mau ikut.” Lanjut Jason sambil berlari menyebrang jalan, “Gw pergi dulu.”

          Tanpa Jason sadari ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat cepat menuju arahnya. Dan Jason berpikir ini adalah saat terakhir di dalam hidupnya. Namun, tiba-tiba ada sebuah tangan yang mendorongnya dengan sangat keras sehingga dia terjatuh ke pinggir. Dan tabrakan itupun terjadi, dilihatnya Kefas tergeletak di pinggir jalan dengan tubuh yang berlumuran darah. Jason segera berlari menghampiri Kefas.

“Kenapa loe lakuin ini Fas ? Seharusnya gw yang ditabrak, bukan loe.” Ucap Jason sambil menangis.

“Yesus mengasihimu. Kembalilah kepadanya.” Ucap Kefas dengan wajah yang berlumuran darah.

“Gw ga pantas Fas. Gw orang yang jahat karena ga bisa membela mama. Gw orang yang ga berharga dan ga pantas menerima semua ini.” Tangis Jason.

“Anggap saja Tuhan memberimu kesempatan yang kedua. Son, Inilah saat yang paling gw nantikan, saat gw bisa kasih tau sahabat gw arti sebuah pengorbanan. Karena loe sangat berharga di mata gw & di mataNya.” Ucap Kefas sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.

“Kefasssssss…” Teriak Jason sambil menangis.

***



Tuhan, terima kasih karena telah memberikan kepadaku kesempatan yang kedua. Tuhan, Tolong sampaikan pada Kefas bahwa pengorbanannya tidak sia-sia. Karena dia aku jadi tau arti sebuah pengorbanan. Karena dia aku jadi tau bahwa aku sangat berharga di mataMu. Terima kasih, Tuhan. Tuhan, tolong sampaikan pada Kefas bahwa aku merindukannya. Tolong katakan padanya untuk menungguku, karena aku akan kembali bertemu dengannya di rumahMu suatu hari nanti. >>Lucy1188

***





Yesus mengasihimu. Apapun masalahmu jangan pernah melarikan diri kepada hal-hal yang merusak. Berlarilah kepadaNya karena hanya Dia yang dapat menjawab setiap permasalahanmu. Jangan sia-siakan pengorbananNya di atas kayu salib. Hiduplah dengan benar & selalu berjalan bersamaNya. Karena kamu tak ternilai di mataNya.



Dipublikasikan di Heaven’s Wind Magazine 27th Edition


No comments: