Melona
memandangi buku-buku yang berserakan di hadapannya dengan malas. Selama satu
minggu ke depan waktunya akan dihabiskan dengan belajar karena musim ujian
sudah datang menghadang di depan matanya. Rasanya sangat membosankan dan
rasanya sangat ingin dia membuang semua buku yang ada di hadapannya apabila
musim ujian sudah datang.
Hmm, daripada stress belajar
mending nonton TV dulu deh. Nanti kalau sudah nonton televisi kan pikirannya
sudah fresh, nah baru belajar lagi, ucap Melona dalam hati. Akhirnya Melona
menghabiskan waktunya untuk menonton TV. Karena begitu menariknya acara TV, dia
sampai lupa harus belajar untuk ujiannya besok.
***
Keesokan harinya…
“Gimana ujian tadi ? Bisa ga ?” Tanya Melona kepada
temannya.
“Ngga. Kayanya banyak yang salah deh.” Lanjut
Sania, “Loe sendiri gimana Mel ?”
“Gw ga bisa semua. Kemarin gw lupa belajar soalnya
ada film di TV yang rame banget.” Ucap Melona dengan sedih.
“Lagi ngobrol apa sih ? Eh, pada bisa ujian tadi ?”
Ucap Tania yang baru saja datang menghampiri kedua sahabatnya yang sedang asyik
mengobrol.
“Kita ga bisa. Loe sendiri gimana ?” Tanya Melona
dengan wajah sedih.
“Bisa dong.” Ucap Tania.
“Btw, kenapa sih harus ada ujian segala. Padahal
kan belajar aja uda cukup. Ga perlu ada yang namanya ujian segala.” Gerutu
Sania.
“Hmm,
mungkin untuk menguji sejauh mana kita menguasai sebuah materi. Kalau ga ada
ujian kan kita ga akan tau sampai sejauh mana hasil kita belajar selama ini”
Lanjut Tania, “Lagian kalau kita belajar sungguh-sungguh kita pasti bisa deh
ngejawab semua pertanyaan yang diberikan.”
“Loe bisa ngomong gitu kan karena loe pinter. Coba
kalau kita. Bisa dapat nilai 6 aja uda puji Tuhan.” Ucap Melona dengan kesal.
“Siapa bilang gw pintar. Gw pernah test IQ dan
hasilnya cuma menunjukan angka 90. Berarti kan IQ gw ga jenius banget.” Ucap
Tania.
“Terus kenapa dong loe bisa dapet nilai bagus
bahkan bisa sampe juara kelas ?” Tanya Sania.
“Hmm… Mungkin karena gw berusaha untuk belajar
dengan giat. Gw selalu memberikan yang terbaik ketika gw belajar. Ga Cuma waktu
ulangan aja gw belajar mati-matian tapi setiap hari seudah pulang sekolah gw
selalu mengulang pelajaran yang tadi sudah diberikan guru.” Ucap Tania.
“Kenapa sih Tan sampe loe bener-bener serius
belajar ?” Tanya Melona.
“Karena gw mau mencapai apa yang jadi mimpi gw.”
Ucap Tania dengan wajah berbinar-binar.
“Emang apa yang jadi mimpi loe ?” Tanya Sania.
“Gw mau jadi seorang dokter yang berhasil. Makanya
gw harus rajin belajar untuk bisa masuk kedokteran.” Lanjut Tania, “Kalau gw
uda jadi dokter yang sukses, gw mau buka klinik gratis buat mereka yang ga
punya biaya berobat.”
“Wah, hebat banget sih mimpi loe Tan.” Ucap Melona.
“Ini baru mimpi Mel. Mimpi itu ga akan jadi
kenyataan kalau kita ga berusaha untuk mewujudkannya. Nah, makanya langkah awal
yang gw lakuin adalah dengan belajar yang rajin supaya gw bisa masuk fakultas
kedokteran. Itulah mengapa gw selalu memberikan yang terbaik ketika sekolah.”
Ucap Tania.
“Kalo gw sih ga punya mimpi apa-apa.” Ucap Melona.
“Loe pasti punya mimpi Mel. Cuma mungkin loe aja
yang belom sadar.” Ucap Tania.
“Buat gw sih yang penting lulus terus uda gitu
kerja dan dapat gaji yang besar.” Ucap Sania.
“Apapun mimpi loe. Mau itu gaji yang besar atau
jabatan yang tinggi. Loe harus tetep sekolah yang bener. Rajin belajar dan
memberikan yang terbaik buat studi loe.” Ucap Tania.
“Kalau dipikir bener juga sih apa yang diomongin
sama Tania. Zaman sekarang susah banget cari kerja. Sepupu gw aja yang lulus S1
dengan nilai cum laude belum dapat kerja sampai sekarang padahal dia pinter banget
apalagi kita yang males-males sekolahnya. Semakin madesu aja deh masa depan
kita. Kerja aja belum tentu dapet apalagi pengen gaji yang besar dan jabatan
yang tinggi.” Ucap Melona.
“Lagian tanpa mikir susah atau ngganya dapat kerja.
Kita harus tetep memberikan yang terbaik lewat studi kita. Hidup ini cuma 1
kali dan kita harus menjalaninya dengan sungguh-sungguh jangan sampe nanti kita
menyesal. Yah, sekarang kan kita masih sekolah nih. Supaya ga nyesel ya kita
harus rajin belajar. Hehehe…” Ucap Tania.
***
Di
dalam angkot yang ditumpanginya Melona berpikir tentang apa yang diucapkan
Tania tadi. Apakah dia sungguh-sungguh memiliki mimpi. Lalu apa yang menjadi
mimpinya ? Melona mencoba mencari apa yang disenanginya. Sejak kecil dia selalu
senang melihat gedung-gedung tinggi. Dia merasa orang yang dapat membuat
gedung-gedung yang tinggi itu adalah orang yang hebat. Gedung-gedung yang tahan
terhadap angin maupun hujan. Apajah itu berarti dia bermimpi menjadi seorang
arsitek ?
Melona
masih bingung dengan apa yang menjadi mimpinya. Tapi apapun itu mimpinya, dia
harus sungguh-sungguh belajar. Benar apa yang dikatakan Tania tadi. Hidup ini
hanya satu kali. Dan kalau dia asal-asalan dengan hidupnya, dia pasti akan
menyesal kelak. Kalau dia tidak rajin belajar terus dapat nilai jelek dan dia
ga naik kelas, dia pasti akan sangat menyesal menghabiskan 1 tahun lagi di
kelas yang sama. Jadi daripada menyesal nantinya lebih baik dia belajar
sungguh-sungguh hari ini. Hmm, oke mulai
hari ini gw mau belajar yang rajin dan memberikan yang terbaik buat hidup gw
supaya nanti waktu gw lihat hidup gw ke ‘belakang’, gw ga akan menyesal,
tekad Melona dalam hati. >>Lucy1188
Dipublikasikan di Wave
Newsletter Bulletin 3rd Edition
No comments:
Post a Comment