13 June 2013

The Forgotten Christmas



“Pa, liburan natal tahun ini kita mau ngapain ?” Tanya Renata pada papanya.
“Memang kamu mau ngapain sih?” Tanya mamanya yang datang menghampiri kedua orang yang sangat dikasihinya itu.
“Aku sih pengennya jalan-jalan ke luar negeri. Pengen ngerasain suasana natal di sana.”
“Sebenernya tahun ini sih kita ga ada rencana maen ke luar negeri. Soalnya kamu tau sendiri kan akhir tahun ini pabrik papa kan lagi rame-ramenya produksi mainan untuk anak-anak. Lain kali lagi ya kita pergi mainnya.” Ucap papanya mencoba membujuk Renata.
“Yah…” Ucap Renata dengan kecewa.
“Memang kamu pengen jalan-jalan ke negara mana sih ?” Tanya papanya lagi.
“Aku pengen ke Swiss, pa. Please, boleh ya pa. Aku pengen banget kesana.” Pinta Renata sambil memohon.
“Oke deh kamu aja yang pergi ke Swiss sama mama. Papa diem di Indonesia aja.” Ucap papanya.
“Hore. Terima kasih ya pa.” Ucap Renata seraya pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

***

Di sekolah…
“Natal tahun ini kamu ngapain Jes ?” Tanya Renata.
“Aku sih akan merayakan di rumah saja. Tapi rencananya keluarga tante akan datang ke Bandung dan merayakan natal bersama-sama kami. Bulan Desember nanti rumahku akan diisin dengan suasana Natal. Atribut-atribut Natal pasti akan memenuhi seisi rumahku. Dan terus nanti di malam Natal kami akan mengadakan tukar kado dan makan-makan tentunya.” Ucap Jessie dengan semangat.
“Kalau kamu ngapain Deb ?” Tanya Renata lagi.
“Hmm, sepertinya keluargaku akan merayakan Natal tahun ini bersama anak-anak panti asuhan. Mungkin akan ada kebaktian Natal bersama mereka.” Ucap Debbie yang tidak kalah semangatnya.
“Kalau kamu ngapain Ta ?” Tanya Jessie pada Renata.
“Aku mau jalan-jalan ke Swiss.” Ucap Renata dengan semangat.
“Waw pergi ke Swiss ?” Tanya Debbie tak percaya.
“Asik banget sih Ta. Kapan yah aku bisa pergi ke Swiss ? Pergi ke Bali aja belum pernah.” Ucap Debby dengan sedih.
“Makanya kumpulin uang dong buat pergi jalan-jalan. Jangan dipikirannya cuma berbagi aja ke panti asuhan. Kalau berbagi terus ke orang lain terus kapan bisa ngumpulin uangnya.” Ucap Renata.
“Tapi kan berbagi itu indah, Ta.” Lanjutnya, “Lewat berbagi kita bisa belajar banyak hal. Belajar untuk ga egois, belajar untuk ga serakah, belajar seperti Tuhan Yesus.”
“Ya, berbagi itu memang bagus. Tapi kan gara-gara loe berbagi sama orang lain. Loe jadi ga bisa puas dengan hidup loe sendiri. Ga bisa jalan-jalan ke luar negeri kaya gw.” Ucap Renata.
“Emang sih gw ga bisa jalan-jalan ke luar negeri kaya loe. Tapi gw puas kok dengan hidup gw sendiri. Gw puas waktu ngeliat anak-anak panti itu bersukacita.” Ucap Debbie.
“Udah deh kita makan dulu sekarang. Nanti keburu bel masuk bunyi tuh.” Ucap Jessie
***

“Deb, Jes temenin gw ke IP yu.” Ajak Renata kepada kedua temannya ini.
“Tumben banget Renata ngajakin maen ke IP.” Ucap Debbie.
“Iya nih, gw mau cari sweater buat ke Swiss nanti. Hehehe…” Jawab Renata dengan wajah gembira.
“Hayu. Gw juga sekalian mau cari hiasan untuk Natal.” Jawab Jessie.
            Karena letak sekolah mereka yang tidak jauh dari IP membuat mereka memutuskan untuk berjalan kaki. Di perjalanan mereka asyik berbincang-bincang mengenai kegiatan yang akan mereka adakan nanti pada waktu libur Natal.
“Gw uda ga sabar banget deh nunggu liburan datang.” Ucap Renata dengan gembira.
“Ya gw juga. Rumah gw nanti bakal dihias dengan berbagai dekorasi Natal. Terus nanti ada tuker kado-nya lagi. Wah rame banget deh.” Ucap Jessie yang tidak kalah semangatnya.
“Gw juga uda ga sabar deh nungguin Natal tiba. Ketemu sama anak-anak panti asuhan dan berbagi sukacita Natal bersama dengan mereka.” Ucap Debbie dengan mata yang berbinar-binar.
“Ngomong-ngomong kenapa sih Deb keluarga loe seneng banget pergi ke panti asuhan.” Tanya Renata dengan wajah bingung karena menganggap aneh apa yang dilakukan oleh Debbie dan keluarganya.
“Hmm, orang tua gw pernah bilang kalau uang yang Tuhan titipkan pada kami itu bukan untuk memenuhi kebutuhan kami saja, tapi juga mau Dia pakai itu untuk perpanjangan tanganNya untuk orang-orang yang susah. Yang ga seberuntung keluarga kami.” Ucap Debbie.
“Tapi kan uang yang kalian miliki itu asalnya dari kerja keras ortu loe juga kan. Apa hubungannya sama titipan Tuhan ?” Tanya Renata tidak mengerti.
“Memang mereka kerja keras untuk mendapatkan uang itu. Loe tau kan kalau kalau ortu gw buka toko besi. Coba bayangin deh kalau misalnya tokonya itu sepi dan ga ada pembeli yang datang, tentu saja kami ga akan dapat uang. Jadi setiap pembeli yang datang itu adalah berkat dari Tuhan dan mungkin saja Tuhan mau lewat penghasilan yang lebih itu dipakai untuk memberkati orang lain.” Lanjut Debbie, “Lagian ada sukacita tersendiri waktu kita bisa menolong orang lain. Sukacita yang ga sebanding dengan uang atau barang yang uda dikasih ke mereka.”
"Udah, udah ngobrolnya dilanjutin nanti. Kita mau nyebrang dulu nih." Ucap Jessie menghentikan percakapan Renata dan Debbie karena tanpa mereka sadari mereka terus berbicara padahal seharusnya mereka fokus untuk menyebrang Jalan Pasirkaliki yang begitu ramai.
***

“Ta, sepertinya kamu ga bisa liburan ke Swiss tahun ini. Lain kali saja ya.” Ucap papanya saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
“Emang kenapa, pa ?” Tanya Renata.
“Mama kamu ga bisa nemenin kamu kesana karena oma akan datang dari Solo. Jadi Natal tahun ini kita rayain di rumah saja ya. Nanti oma, opa, om, tante dan sepupu-sepupu kamu akan datang ke sini.”
“Ya udah aku sendiri aja yang pergi kesana.” Ucap Renata.
“Papa ga akan ngebiarin kamu pergi sendirian kesana. Kamu tuh masih kecil. Nanti kalau ada apa-apa gimana. Lagipula kan kamu bisa ketemu sama oma, opa kamu yang uda lama ga ketemu sama kamu. Mereka kangen sama kamu, makanya mereka mau datang kesini.”
“Ya udah deh.” Ucap Renata dengan wajah cemberut sambil meninggalkan ayahnya.
***

Di kantin sekolah yang ramai Renata bersama sahabat-sahabatnya sedang menikmati makanan mereka. Debbie dan Jessie memakan makanan yang ada di hadapannya dengan lahap. Namun berbeda dengan Renata, dia sedari tadi hanya memain-mainkan makanan yang ada di depannya tanpa menyuapkan ke dalam mulutnya sedikitpun.
“Ta, loe kenapa sih ? Kok makanan dipake main sih ?” Tanya Jessie.
“Lagi ga napsu makan.” Ucap Renata dengan lemas.
“Kenapa ? Loe sakit ?” Tanya Debbie.
“Ngga. Lagi ga nafsu aja. Sebel banget tau ga sih.” Ucap Renata.
“Sebel kenapa sih ? Apa gara-gara Bu Tini yang tadi ngehukum loe gara-gara loe ga bisa ngejawab pertanyaan dia ?” Lanjut Jessie, “Sabar aja Ta. Liburan datang sebentar lagi. Dan loe bisa ke Swiss untuk refreshing dan ngelupain tugas-tugas sekolah yang menumpuk ini juga Bu Tini yang kadang-kadang nyebelin.”
“Gw ga jadi ke Swiss. Huh, bete deh jadinya.” Ucap Renata.
“Emang kenapa bisa ga jadi ?” Tanya Jessie.
“Keluarga gw ada yang datang dari Solo dan mau ngerayain liburan mereka disini. Jadinya nyokap gw ga bisa nemenin ke Swiss dan bokap gw ga ngijinin gw pergi sendiri kesana.” Lanjut Renata, “Padahal uda ada banyak tempat yang mau gw kunjungin disana. Huh, pokonya sebel banget deh rencana gw jadi hancur.” Ucap Renata dengan kesal.
“Uda deh Ta. Jangan sebel gitu. Gini aja, liburan kali ini gw mau ajak loe nemenin gw ke panti asuhan. Siapa tau bisa ngehibur loe.” Ucap Debbie
“Oke deh. Daripada gw diem di rumah ga ada kerjaan.” Ucap Renata masih dengan kesal.
***

            Renata, Jessie, Debbie beserta keluarganya merayakan Natal bersama-sama anak panti asuhan. Mereka bernyanyi memuji Tuhan. Mama Debbie bercerita tentang kelahiran seorang bayi bernama Yesus kepada anak-anak panti. Bayi Yesus yang lahir dan akan menjadi Juruselamat bagi umat manusia. Ini adalah pengalaman pertama Renata ke panti asuhan, karena selama ini dia belum pernah datang ke tempat seperti ini.
Di dalam perjalanan pulang…
“Thanks ya Deb loe uda ajak gw ke panti asuhan. Gw merasa terberkati sekali. Bener kata loe ada sukacita yang besar waktu bisa berbagi dengan mereka. Sukacita yang ga bisa dibandingin sama apa yang uda kita kasih ke mereka.” Ucap Renata dengan gembira.
“Sama-sama Ta. Gw juga seneng kalau loe bisa ngerasain sukacita yang gw rasain.” Ucap Debbie.
“Ya, gw juga bersyukur sekali bisa kesana bareng kalian. Lewat cerita alkitab yang dibawain pas di panti asuhan tadi, gw diingatkan lagi bahwa Natal itu bukan bicara tentang perayaan yang megah, Rumah yang dihiasi oleh atribut Natal. Tapi bicara tentang seorang pribadi yang mau datang dengan rela ke dunia ini buat kita semua. Dia yang mau turun dari surga yang indah sana karena mengasihi setiap kita. Dan Dia yang mau mengorbankan diriNya di atas kayu salib buat kita.” Ucap Jessie.
“Ya bener banget Jes. Mulai sekarang gw mau belajar untuk ga egois. Gw mau belajar seperti Dia yang peduli dan mengasihi orang lain.” Ucap Renata.
***

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” ~ Matius 25 : 40

Dipublikasikan di Wave Newsletter Bulletin 6th Edition

No comments: