“Ma,
Pa sebentar lagi kan Dylan lulus SMA. Dylan pengen banget bisa kuliah di
jurusan arsitek.” Ucap Dylan pada orang tuanya suatu kali.
“Pa,
Vanes juga kalau uda besar nanti mau jadi dokter.” Ucap Vanessa, adik Dylan
yang baru duduk di sekolah dasar ikut-ikutan kakaknya.
“Ya,
Vanes. Kalau kamu mau jadi dokter, kamu harus rajin belajar seperti kakakmu.”
Lanjut Papa, ”Nah Dylan, papa akan mengusahakan biayanya. Kamu juga harus
berusaha mendapatkan nilai yang baik ya. Siapa tau kalau prestasimu baik, ada
kemudahan dalam memilih universitas dan biaya masuk kuliahnya juga tidak
terlalu mahal.”
“Pasti
Pa. Aku ga akan menyia-nyiakan kesempatan yang uda papa sama mama kasih untuk
sekolah.”
“Nah
gitu dong. Ini baru anak papa.”
***
Di
sekolah…
“Dylan,
kalau soal ini gimana mengerjakannya ?” Tanya Kathleen.
“Oh,
harus menggunakan rumus ini…” Ucap Dylan sambil menunjuk rumus yang dimaksud
dan menerangkannya pada Kathleen cara mengerjakannya.
Tiba-tiba Darren masuk kelas dengan nafas yang tersengal-sengal karena
dia habis berlari. Setelah masuk ke dalam kelas segera dihampirinya Dylan yang
sedang menerangkan pelajaran kepada Kathleen.
“Heh..
Heh.. Dylan.” Ucap Darren dengan tersengal-sengal.
“Ada
apa Ren ? Kamu habis lari ya ?” Tanya Dylan.
“Lan,
cepetan.. ke ruang kepala sekolah.. heh.. heh.. Tadi gw denger bokap loe
kecelakaan.” Ucap Darren.
“Apa
?” Ucap Dylan dengan kaget.
Tanpa berpikir lagi, Dylan segera berlari menuju ruang kepala sekolah.
Dengan wajah yang sedih kepala sekolah menatap wajah Dylan dan berkata ayahnya
sedang dalam keadaan kritis. Dylan segera meminta ijin kepada kepala sekolahnya
untuk pergi menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Namun apa dikata Dylan
tidak sempat bertemu dengan ayahnya. Ketika Dylan sedang dalam perjalanan
menuju rumah sakit, ayahnya menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.
***
Dylan sadar dengan kepergian ayahnya, itu berarti mimpinya untuk bisa
kuliah di jurusan arsitek kandas sudah. Bukan saja kuliah di jurusan yang dia
inginkan kandas sudah, tapi mimpinya untuk bisa kuliah adalah suatu hal yang
sangat mustahil. Sejak kematian ayahnya, hidup mereka semakin sulit. Selama ini
papa adalah tulang punggung keluarga mereka, sedangkan mama diam di rumah
karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan untuk bekerja. Namun sejak papa
pergi, tidak ada lagi yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Mama tidak
dapat bekerja karena lumpuh akibat kecelakaan yang terjadi 2 tahun yang lalu. Memang
papa masih ada sedikit simpanan di bank dan mama masih menyimpan sedikit uang.
Namun, Dylan tau itu tidak akan bertahan lama karena lambat laun uang itu pasti
akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Dylan tau sejak
kepergian ayahnya dia menjadi tulang punggung keluarganya.
“Ma,
Dylan mau berhenti sekolah.” Ucap Dylan pada suatu hari.
“Jangan
Dy. Toh, tinggal 3 bulan lagi kamu lulus.”
“Kalau
gitu aku mau kerja sambilan sesudah pulang sekolah.”
“Jangan
Dy. Sudah sekarang kamu fokus dulu menyelesaikan SMA-mu. Nanti sesudah kamu
lulus, barulah kamu bekerja.”
“Tapi
bagaimana dengan biaya untuk kebutuhan keluarga kita ?” Tanya Dylan dengan
sedih.
“Mama
masih ada simpanan, Dy. Kalau kita berhemat pasti cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga kita sampai kamu lulus SMA nanti.”
“Terima
kasih, ma. Tunggu Dylan ma. Setelah lulus Dylan akan langsung bekerja.” Ucap
Dylan berusaha tegar menerima keadaan keluarganya.
***
Sejak kepergian ayahnya, Dylan merasa masa depannya menjadi hancur.
Harapan dan mimpinya kandas. Dia tidak dapat menjadi arsitek seperti yang sudah
diidamkan sejak ia kecil. Dia tau mimpinya untuk membangun gedung-gedung besar
dan bagus kandas sudah. Dylan sering bertanya kepada Tuhan mengapa keluarganya
harus mengalami semua ini. Mengapa ayahnya harus pergi secepat ini, disaat dia
dan Vanessa masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayangnya. Dylan sangat sedih.
Sering dia menangis seorang diri di dalam kamarnya. Namun ketika berhadapan
dengan orang lain dia berusaha untuk tegar dan seolah dia kuat menghadapi semua
ini. Dia selalu mencoba tersenyum walaupun sebenarnya dia ingin menangis.
***
“Dy,
loe harus kuat. Percaya deh ada campur tangan Tuhan dalam apa yang terjadi di
dalam hidup loe. Dia punya rencana yang indah buat hidup loe.” Ucap Darren pada
suatu hari.
“Masa
sih ? Mimpi gw hancur total Dar. Gw tau gw bukan dari keluarga yang kaya. Tapi
dengan prestasi gw yang bagus di sekolah, gw berharap gw bisa kuliah jadi
arsitek dan dapat beasiswa.” Lanjut Dylan, “Tapi sekarang mimpi gw hancur
semua. Gw ga bisa kuliah dan gw harus bekerja.”
“Tapi
kan loe bisa kuliah sambil kerja, Dy.” Ucap Darren.
“Ga
mungkin Dar. Biaya kuliah untuk jadi arsitek tuh mahal banget. Belom lagi gw
harus memenuhi kebutuhan keluarga gw. Gw harus bayar sekolahnya Vanessa.
Sepertinya gw harus menghapus mimpi gw yang ingin menjadi arsitek.”
“Gw
tau dan ngerti posisi loe, Dy. Tapi percaya deh kalau Tuhan punya rencana yang
indah dalam hidup loe. Loe harus kuat dan berjuang menghadapi semua ini. Loe
inget cerita Yusuf yang dibuang saudara-saudaranya ? Coba deh nanti di rumah
baca lagi alkitab tentang cerita Yusuf. Gw rasa kisahnya yusuf sama seperti apa
yang loe alami saat ini.”
***
Setelah percakapannya dengan Darren
dia merasa penasaran dengan cerita yusuf yang dikatakan Darren tadi. Sepulangnya
ke rumah, segera diambil alkitabnya dan dibukanya kitab kejadian, dimana ada
kisah hidup Yusuf di dalamnya.
Yusuf lahir dalam keluarga yang besar. Dia
mempunyai banyak saudara yang lahir dari ibu yang berbeda. Namun ada kelebihan
lain dalam dirinya dibanding saudara-saudaranya. Yusuf disayang Yakub, ayahnya.
Bahkan Yakub membuatkan jubah yang sangat indah bagi Yusuf. Hal ini membuat dia
dibenci oleh saudara-saudaranya. Bahkan ketika Yusuf menceritakan mimpinya
tentang keluarganya yang sujud menyembah kepada Yusuf, itu membuat
saudara-saudaranya semakin membencinya.
Suatu hari saat Yakub menyuruh Yusuf untuk
mencari saudara-saudaranya yang sedang menggembalakan kambing domba. Pada saat
dia sudah bertemu dengan saudara-saudaranya, mereka berniat untuk membunuhnya. Namun,
Ruben berkata tidak baik kalau Yusuf dibunuh dan akhirnya dia dijual kepada
orang ismael yang kebetulan lewat kesitu.
Akhirnya Yusuf bekerja di rumah potifar dan Tuhan
menyertainya. Dia sangat dipercaya oleh potifar dan sejak Yusuf tinggal di
dalam rumahnya, Tuhan memberkati keluarga potifar. Namun hal yang menyenangkan
itu tidak berlangsung lama. Yusuf difitnah oleh istri potifar dan dia dimasukan
ke dalam penjara untuk kesalahan yang tidak dia buat.
Dia diberikan kepercayaan oleh kepala penjara dan
Tuhan menyertai dia dalam segala apa yang dia lakukan. Dengan hikmat dari
Tuhan, dia dapat mengartikan mimpi juru minuman dan juru roti yang bekerja pada
Firaun. Setelah tiga hari juru roti digantung seperti mimpi yang diartikan
Yusuf kepadanya. Begitu juga dengan juru minuman, setelah tiga hari dia kembali
bekerja pada Firaun. Yusuf berkata pada juru minuman agar tidak melupakannya
setelah ia kembali diangkat oleh Firaun. Namun, juru minuman lupa akan perihal
Yusuf. Dua tahun dia harus menunggu di dalam penjara sampai akhirnya dia
dipanggil oleh Firaun untuk mengartikan mimpinya dan dia diangkat menjadi
penguasa atas seluruh mesir.
Dylan menemukan bahwa keadaan Yusuf
saat ia dijual oleh saudara-saudaranya sama dengan keadaannya sekarang ini.
Yusuf pasti merasa mimpi dan masa depannya hancur berantakan. Hal ini sama
seperti yang dialami Dylan saat ini. Dia juga merasa masa depannya hancur sejak
ayahnya ‘pergi’.
Namun, akhir apakah yang Yusuf
dapatkan ? Dia menjadi penguasa di mesir dan mimpinya menjadi kenyataan saat
saudara-saudaranya sujud menyembahnya untuk meminta sedikit makanan bagi
keluarga mereka yang dilanda oleh kelaparan. Dylan berpikir mungkin saat ini
dia merasa mimpinya hancur berantakan, namun apabila dengan bertahan dan
berjuang bersama Tuhan. Dia pasti akan melihat pelangi suatu hari nanti.
Mungkin saat ini Tuhan sedang memproses dirinya dan membentuk hidupnya. Dylan
tidak tau apakah dia berhasil menjadi aristek atau tidak, karena tidak ada lagi
kesempatan untuk kuliah. Namun yang dia tau apabila dia berjalan bersama Tuhan,
masa depannya sungguh ada dan harapannya tidaklah sia-sia.
***
Tuhan, aku percaya di dalamMu ada masa depan dan
harapanku tidak sia-sia. Tuhan, aku siap menjalani kehidupan ini. Sesulit apapun,
aku percaya selama Tuhan menyertaiku, aku dapat melaluinya dengan baik. Tuhan,
pegang tanganku dan bantu aku untuk bertahan dan berjuang menghadapi apapun
yang akan terjadi di dalam hidupku. Sama seperti Engkau menyertai Yusuf, aku
juga perlu penyertaanMu Tuhan. Pegang dan bimbinglah langkahku, apapun yang
terjadi. Terima kasih Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa. Amin.
***
Kita tau sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8 :28)
NB : Buat yang pengen tau kisah lengkap tentang Yusuf, bisa kamu baca
di Kejadian 37-50
Dipublikasikan di Wave
Newsletter Bulletin 1st Edition
No comments:
Post a Comment