Setiap orang pasti memiliki yang namanya
cita-cita. Waktu kecil ketika kita ditanya apa cita-cita kita, mungkin ada yang
menjawab ingin menjadi dokter, guru atau mungkin ada juga yang ingin menjadi
pengusaha. Namun, kalau kamu bertanya apa yang menjadi cita-citaku… Dengan
lantang dan tegas aku akan menjawab, aku ingin menjadi misionaris.
Hmm… ya menjadi misionaris. Apakah ada
yang belum tau apa yang harus dilakukan oleh misionaris itu ? Baiklah, aku akan
menjelaskannya dengan singkat. Seorang misionaris melakukan pengabaran injil
kepada orang-orang yang belum mendengar tentang kabar keselamatan. Biasanya mereka
pergi ke tempat-tempat terpencil dimana penduduknya belum mendengar berita
injil dan tinggal disana untuk berbaur dan mengabarkan injil kepada masyarakat
sekitar. Sejak kecil aku ingin menjadi misionaris, karena aku melihat pamanku
yang menjadi misionaris di papua. Dan rasanya senang sekali dapat mengabarkan
Kristus kepada jiwa-jiwa yang belum mengenal kasihNya.
“Lagi nulis apa vin ?” Tanya Joe.
“Biasa, lagi nulis blog.” Ucap Kevin
sambil menekan tuts keyboard notebooknya.
Joe
pun menghampiri Kevin dan duduk di sebelahnya, memperhatikan apa yang ditulis
oleh Kevin. Kevin adalah teman sekelasnya di kelas 1 SMA ini, sekaligus teman
sebangkunya.
“Nulis tentang cita-citamu lagi ?”
Tanya Joe.
“Iya. Walaupun belum jadi kenyataan
dan rasanya masih jauh sekali untuk mencapai cita-citaku ini, namun rasanya
exciting banget kalau ngebayangin suatu hari nanti aku akan jadi seorang
misionaris.” Ucap Kevin dengan penuh semangat.
“Kenapa sih kamu mau jadi misionaris
?” Tanya Joe bingung dengan cita-cita temannya yang satu ini. Jarang banget
atau hampir tidak pernah Joe mendengar ada orang yang punya cita-cita jadi
seorang misionaris.
“Mmm… Mungkin karena aku melihat sosok
pamanku yang adalah seorang misionaris. Dia bilang ada sukacita yang begitu
besar ketika dia melihat ada orang-orang yang akhirnya mau menerima Tuhan Yesus
sebagai juruselamat di dalam hidup mereka. Dan sejak saat itu aku terinspirasi
untuk menjadi seorang misionaris ke pedalaman-pedalaman.”
***
Di rumah Kevin…
“Vin, bantuin mama jaga warung. Mama
lagi ga sempet, harus masak untuk makan malam kita.” Teriak mama Kevin dari
dalam dapur.
“Aduh, mama. Ganggu-ganggu aja. Aku kan lagi maen PS.” Ucap
Kevin dengan malas.
“Kamu tuh ya kalau disuruh sama mama,
susah amat sih.”
“Iya deh iya, aku jaga warung.” Ucap
Kevin mau ga mau melangkahkan kakinya menuju warung.
“Kak Kevin, bantuin aku bikin peer
dong. Aku ga ngerti yang bagian ini.” Ucap Sella adik Kevin yang baru duduk di
kelas 1 SD menghampiri kakaknya yang sedang jaga warung.
“Kerjain aja sendiri. Emang kakak
pembantu harus bantuin kamu bikin peer ?” Ucap Kevin dengan ketus.
“Kakak jahat.” Ucap Sella sambil
mencubit tangan kakaknya dengan keras.
“Aw… Sakit tau.” Ucap Kevin tak mau
kalah mencubit tangan adiknya dengan lebih keras.
“Huwaaaaa…” Tangis Sella sambil berteriak
memanggil mamanya, “Mama, kak Kevin cubit aku. Huwaaaaa…”
Mendengar
tangisan anak perempuannya yang masih kecil, mama Kevin segera berlari
menghampiri Sella dan Kevin yang masih bertengkar.
“Ada
apa ini ?” Tanya Mama
“Ma, kak Kevin nyubit aku. Huwaaaaaa…”
Ucap Sella di sela-sela tangisnya.
“Kamu tuh ya bukannya bantuin mama
jaga warung, malah ngegodain adik sendiri.” Ucap mama dengan kesal.
“Dia duluan tuh yang nyubit aku.” Ucap
Kevin.
“Kenapa Sella cubit kakak ?” Tanya
Mama pada Sella.
“Habis kakak ga mau bantuin aku
belajar.” Ucap Sella.
“Kamu tuh ya uda besar, tapi kelakuan
masih kaya anak kecil. Bukannya bantuin mama, malah bikin mama tambah pusing.”
Lanjut Mama pada Sella setelah memarahi Kevin, “Sella belajarnya nanti aja sama
mama. Sekarang Sella temenin mama di dapur dulu ya.”
***
Di Sekolah…
“Kay, nanti ulangan matematika.
Seperti biasa ya…” Ucap Kevin pada Kayla teman sekelasnya yang cukup pintar.
“Apaan yang seperti biasa ?” Ucap
Kayla pura-pura tidak mengerti.
“Ah, Kayla pura-pura ga tau. Nanti gw
tanya sama loe ya jawabannya apa. Kemaren gw ga sempet belajar. Tolong ya Kay,
sekali ini aja. Please…”
“Oke deh.” Ucap Kayla
Sesudah
ulangan selesai dikerjakan, setiap murid diijinkan beristirahat sebelum
memasuki jam pelajaran selanjutnya. Ada
yang memilih makan bekal dari rumah, ada yang memilih mengerjakan peer yang
belum sempat dikerjakan kemarin malam di rumah, ada juga yang memilih main ke
kelas sebelah. Kevin dan Joe lebih memilih ke kantin untuk jajan dan makan
disana sambil mengobrol.
“Gila ya, kita ga tau kapan kita akan
mati.” Ucap Joe
“Emang kenapa gitu Joe ?”
“Loe inget Sasha, sepupu gw yang
cantik itu ? Dia meninggal minggu lalu karena demam berdarah. Dia terlambat
dibawa ke Dokter dan ga lama kemudian dia meninggal.” Lanjut Joe, “Sedihnya
lagi, dia belum sempet kenal Tuhan Yesus.”
“Iya ya. Kita ga tau sampai kapan kita
dikasih hidup di bumi ini. Ngomong-ngomong gw jadi inget sama keluarga gw. Mama
gw belum kenal Tuhan Yesus. Dan setiap papa ajak mama ke gereja, mama pasti
selalu ga mau.” Ucap Kevin dengan sedih.
“Nah, mungkin ini kesempatan loe untuk
bersaksi ke mama loe. Kan
katanya loe mau jadi misionaris, kenapa ga mulai bermisi dulu ke mama loe.”
Ucap Joe
“Iya juga ya. Oke deh nanti pulang
sekolah gw mau bersaksi tentang Tuhan Yesus ke mama gw.” Lanjut Kevin, “Thanks
ya Joe.”
***
Malam ini
Kevin duduk berdua di rumah dengan mamanya sambil menonton TV. Papa Kevin belum
pulang kerja karena ada lembur di pabriknya hari ini. Sedangkan Sella sudah tidur.
Melihat kesempatan langka ini, Kevin segera mengajak mamanya berbincang-bincang.
“Ma, aku denger dari Joe kalau
sepupunya meninggal dunia gara-gara demam berdarah.” Ucap Kevin
“Kok bisa ? Apa ga dibawa ke dokter ?”
“Kata Joe sih, sepupunya ini telat
dibawa kedokternya dan akhirnya meninggal.” Lanjut Kevin, “Padahal sepupunya
itu lebih muda dari aku, tapi uda meninggal duluan. Memang kita ga tau ya kapan kita meninggal.”
“Ya iyalah. Kita kan bukan Tuhan. Kita ga akan tau kapan kita
akan meninggal. Bisa aja malam ini kita meninggal. Siapa yang tau.” Ucap mama
Kevin pada anaknya.
“Ngomong-ngomong kalau meninggal nanti
pergi kemana ya ?” Tanya Kevin
“Mama juga ga tau pasti. Tapi mama
denger sih kalau kita berbuat baik dan mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya
kita akan masuk sorga.”
“Masa sih ma ?” Tanya Kevin
“Iya, itu yang mama denger. Jadi nanti
di akhirat tuh kebaikan kita dan dosa kita bakalan ditimbang. Mana yang lebih
berat. Kalau kebaikan kita yang lebih berat kita akan masuk sorga, tapi kalau
sebaliknya kita akan masuk neraka.”
“Aku punya kabar baik untuk mama……”
Kevin menjelaskan injil kepada mamanya. Kevin menjelaskan injil dengan lengkap,
karena Kevin pernah mendapatkan pelatihan penginjilan di gerejanya, “Nah,
bagaimana ma ? Maukah mama mengenal Tuhan Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan
di dalam hidup mama ?”
“Mama ga mau. Kalau kenal Tuhan Yesus
akan membuat mama jadi egois, bandel dan ga nurut sama orang tua seperti kamu.
Mending mama ga kenal Tuhan Yesus aja.” Lanjut mama Kevin, “Mending mama
percaya sama agama mama sekarang aja. Orangnya baik-baik, sopan, suka menolong
orang dan berbakti kepada orang tua.”
***
Di dalam kamar Kevin…
“Tuhan,
aku kaget mama ngomong kaya gitu. Mama ga mau kenal sama Engkau karena melihat
kelakuanku yang tidak mencerminkan Engkau. Aku sering ngelawan sama mama,
jailin Sella dan suka nyontek. Ternyata selama ini aku uda ga jadi berkat bagi
keluargaku sendiri. Aku bermimpi ingin menjadi misionaris, tapi untuk
keluargaku sendiri saja aku belum menjadi berkat. Tuhan maafkan aku. Aku janji
akan memperbaiki kelakuanku dan hidup sebaik-baiknya, agar mama boleh melihat
Engkau hidup di dalamku.” >>Lucy1188
***
Penginjilan
yang efektif bukan melalui kata-kata, tapi melalui sikap hidup kita. Dimana apa
yang kita katakan harus sejalan dengan apa yang kita lakukan. Dan itu harus
dimulai dari lingkungan terkecil, keluarga kita. Yu, mari kita bersaksi lewat
hidup kita. Selamat menjadi saksi Kristus.
Dipublikasikan
di Heaven’s Wind 26th Edition
No comments:
Post a Comment