Aku bukan seorang artis, sehingga
hidupku selalu disorot, bahkan untuk hal yang terkecil sekalipun. Aku juga
bukan seorang pengusaha yang dapat membayar pajak yang berguna bagi pembangunan
di negaraku (atau mungkin untuk di korupsi ?!). Aku hanya seorang anak muda
yang sangat biasa yang tinggal di antara orang-orang biasa di tempat yang
paling biasa di muka bumi ini.
Namaku Sari. Saat ini aku sedang duduk
di kelas 2 SMA. Aku dilahirkan dan dibesarkan di sebuah negara yang bernama
Indonesia. Mmm, Seandainya saja aku diperbolehkan Tuhan untuk memilih
dilahirkan di negara mana, aku memilih tidak dilahirkan di negara ini. Kadang
aku merasa malu lahir di negara ini. Negara yang lebih banyak hal buruknya
daripada hal baiknya. Aku berkata seperti ini bukan mengada-ada, aku punya
buktinya. Contohnya saja Korupsi ada dimana-mana; Orang-orang yang duduk di
kursi pemerintahan yang kebanyakan hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan
golongan namun melupakan kepentingan rakyat ini; Kemiskinan yang begitu
merajalela sehingga mengakibatkan tingginya tindak kriminalitas dan masih
banyak hal lainnya yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.
“Sar, kamu mau
ga bantuin kakak ngajar ?” Tanya Roni, kakak Sari.
“Mana bisa,
kak ? Aku kan masih sekolah. Memang kakak kerja jadi guru gitu ? Bukannya kakak
kerja di pabrik ?” Tanya Sari yang bingung pada ajakan kakak semata wayangnya
ini.
“Ya, kakak
memang masih kerja di pabrik. Tapi setiap hari sesudah pulang kerja kakak
mengajar di sekolah khusus bagi anak-anak yang tidak mampu.”
“Sekolah bagi
anak yang tidak mampu ? Kakak digaji disana ?”
“Ya, nggalah.
Disana tidak ada bayaran, jadi kita mengajar dengan sukarela.”
“Ngga mau ah,
kak. Mending aku diem di rumah.”
“Ok, kalau
gitu kakak ga jadi beliin kamu notebook.” Ucap Roni
“Ya, kok kakak
gitu sih. Aku kan butuh notebook buat tugas sekolah.”
“Habis kamu ga
mau bantuin kakak ngajar sih.” Lanjut Roni, “Gimana kalau kita bikin
kesepakatan. Kamu bantuin kakak ngajar disana selama 3 bulan dan setelah 3
bulan kakak akan membelikan kamu notebook dan anggap notebook itu sebagai gaji
kamu ngajar disana.”
“Emang nanti
disana aku ngajar apa kak ?”
“Kamu bisa
ngajarin mereka berhitung, menulis, menggambar, membaca.” Ucap Roni menerangkan
pekerjaan apa yang harus dilakukan adiknya nanti.
“Ok deh kak.
Daripada aku ga dibeliin notebook, mending aku ngajar disana deh.” Ucap Sari
dengan setengah terpaksa.
***
Hari ini adalah hari pertamaku
mengajar di sekolah khusus untuk anak-anak miskin itu. Ternyata letak sekolah
itu tidak jauh dari rumahku. Kakak bilang, bahwa dia bersama dengan dua
temannya yang bernama Daniel dan Kevin mendirikan sekolah ini.
Pada
awalnya mereka kebingungan karena tidak memiliki tempat untuk membuka sekolah
ini, namun Tuhan membukakan jalan dengan mengirimkan pamannya Daniel, yang
mengijinkan mereka memakai tempatnya dengan harga sewa yang relatif murah.
Setelah itu mereka mulai membeli meja-meja lipat, papan tulis, dan perlengkapan
lainnya dengan uang pribadi mereka masing-masing.
Dimulai
dari 5 anak kecil, mereka mengajar di tempat itu. Namun, berita tentang sekolah
gratis itu semakin tersebar di kalangan warga sekitar dan banyak keluarga
miskin yang tidak mampu menyekolahkan anaknya membawa anak mereka untuk belajar
disana. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga pengajar yang lebih banyak karena
jumlah anak yang harus diajar saat ini hampir mendekati angka 20 orang.
Karena
baru pertama kali mengajar, aku diminta kakak untuk medampingi Kak Kevin yang
mengajarkan anak-anak berhitung. Kak Kevin menerangkan materi pelajaran di
papan tulis tentang penjumlahan. Setelah ia menjelaskan, ia memberikan latihan
untuk anak-anak itu kerjakan. Ternyata setelah pelajaran itu diterangkan, masih
saja ada anak-anak yang belum mengerti. Oleh karena ini aku dan Kak Kevin
membantu mendampingi anak yang masih belum mengerti tentang penjumlahan dan
menjelaskannya kembali kepada anak-anak itu.
***
Setelah
selesai kegiatan belajar mengajar…
“Sar,
bagaimana pengalaman pertamamu mengajar hari ini ?” Tanya Kevin.
“Ternyata
mengajar itu menyenangkan ya Kak. Awalnya aku terpaksa bantu disini karena
disuruh kakakku, tapi ternyata mengasyikkan sekali mengajar mereka.” Lanjut
Sari dengan semangat.
“Tuh kan
untung kakak ajak kamu kesini.” Ucap Roni.
“Iya, kak.
Terima kasih ya. Kakakku emang TOP BGT deh !” Ucap Sari sambil mengangkat kedua
jempolnya.
“Guys, kita
makan baso di warung depan yuk. Gw laper nih.” Ajak Kevin pada mereka.
“Aduh, gw ga
bisa. Uda janjian sama Yuli mau nemenin dia belanja.” Ucap Daniel.
“Sari dan Roni
bisa kan ?” Tanya Kevin pada mereka berdua.
“Justru itu
Vin, tadinya gw mau nitip Sari ke loe supaya dianterin pulang. Sekarang gw
harus balik lagi ke kantor, soalnya ada barang gw yang ketinggalan disana.”
Ucap Roni
“Sar, mau ga
nemenin kakak makan baso ? Kakak laper.” Ajak Kevin pada Sari, harapan
terakhirnya.
“Ok, kak. Aku
juga laper banget.” Ucap Sari.
***
Di Tukang
Baso…
“Ayo Sar,
jangan malu-malu. Masa makannya cuma segitu ? Pantesan aja kamu kurus.” Ucap
Kevin.
“Tenang, kak.
Masih ada ronde selanjutnya kok.” Lanjut Sari, “Kak, sedih ya ternyata banyak
banget anak-anak yang ga mampu buat sekolah karena ga punya uang. Belom lagi
masalah korupsi yang tidak pernah selesai. Aku ngerasa malu jadi bagian bangsa
ini.”
“Kenapa kamu
malu ?” Tanya Kevin.
“Ya, aku malu
karena sepertinya bangsa ini lebih banyak hal yang jeleknya daripada yang yang
bagusnya.” Lanjut Sari, “Memang kakak ga malu gitu jadi bagian bangsa ini ?”
“Ketika kakak
masih seusia kamu dan memikirkan betapa banyaknya masalah di negeri ini, kakak
juga merasa malu dan bertanya-tanya kenapa Tuhan nempatin kakak disini, kenapa
ga ditempatin di negara lain yang lebih baik dan makmur. Namun, seiring
berjalannya waktu, kakak menyadari bahwa Tuhan mengijinkan kakak ada di bangsa
ini bukan sebuah kebetulan.” Lanjut Kevin, “Lama-lama kakak bangga jadi bagian
bangsa ini. Bangsa yang kekayaan alamnya banyak dan punya banyak tempat wisata
yang indah, yang ga kalah sama yang ada di luar negeri. Belum lagi
keanekaragaman penduduknya yang terbentang dari sabang sampai merauke.”
“Tapi apa
kakak ga malu sama semua hal buruk yang terjadi di negeri ini ?”
“Maksud kamu,
seperti korupsi, kemiskinan, pengeboman dan hal yang lainnya ?” Tanya Kevin.
“Ya, kak.”
“Memang
rasanya sedih melihat banyak hal buruk terjadi di negara kita.” Lanjut Kevin,
“Tapi kakak pikir, kalau kita hanya malu dan kecewa terhadap apa yang dialami
bangsa ini tidak akan mengubah bangsa ini jadi lebih baik.”
“Lalu apa yang
harus kita lakukan untuk mengubah bangsa ini ?” Tanya Sari masih bingung.
“Menjadi agen
perubahan bagi bangsa ini.”
“Maksudnya ?”
“Sebagai
bagian dari bangsa ini dan sebagai anak muda yang cinta Tuhan kita harus
mengerjakan sesuatu yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi
bangsa ini.”
“Tapi gimana
caranya ?” Lanjut Sari, “Aku kan hanya anak muda yang biasa-biasa aja. Rasanya
ga ada sesuatu yang bisa aku buat untuk membawa perubahan bagi bangsa ini.”
“Tau ga,
dengan kamu bantuin ngajar kamu sudah membawa perubahan, memberikan dampak bagi
anak-anak yang kamu ajar bahkan mungkin akan membawa perubahan bagi bangsa ini
suatu hari nanti.” Lanjut Kevin, “Bahkan kalau kamu tidak bisa mengajarpun kamu
bisa melakukan perubahan bagi bangsa ini.”
“Caranya
gimana kak ?”
“Kamu harus
mengubah dirimu sendiri dulu. Mengubah caramu berpikir dan berkata-kata tentang
bangsa ini dan selalu membawa bangsa ini dalam doa-doamu. Kakak percaya ketika
kita membawa bangsa ini di dalam doa-doa kita, Tuhan sedang bekerja mengubahkan
bangsa ini melalui setiap kita.”
“Apa cukup
hanya seperti itu kak ?” Lanjut Sari, “Hanya berpikir dan berkata-kata yang
baik tentang bangsa ini dan berdoa ? Berarti aku tidak perlu melakukan suatu
tindakan ?”
“Itu kan baru
awalnya, Sar. Ketika kamu berdoa, hatimu akan diubahkan oleh Tuhan sehingga
kamu dapat mencintai bangsa ini. Ketika kamu mencintai bangsa ini, kamu akan
berpikir yang terbaik bagi bangsa ini. Coba deh kamu liat kakakmu, kenapa dia
rela ngajar disini ? Padahal pulang kerja dia pasti uda cape, tapi kenapa dia
rela bayar harga untuk mengajar anak-anak itu ?”
“Mungkin
karena kakak mencintai bangsa ini.” Jawab Sari ragu-ragu.
“Ya, karena
dia mencintai bangsa ini dan dia ingin membawa perubahan bagi bangsa ini lewat
mengajar anak-anak kecil yang kelak akan jadi generasi penerus bagi bangsa
ini.”
“Oh, jadi
ketika kita mencintai bangsa ini, Tuhan akan menuntun kita untuk menemukan
perubahan apa yang dapat kita buat bagi bangsa ini. Benarkah seperti itu, kak
?”
“Yup, benar
sekali.”
“Aku ngerti
sekarang. Ternyata selama ini aku berpikir dan berkata yang salah tentang
bangsa ini. Aku hanya menyalahkan dan menggerutu tanpa membuat sesuatu yang
dapat membawa perubahan bagi bangsa ini.” Lanjut Sari, “Baiklah mulai saat ini
aku akan mengubah cara berpikirku dan memberkati bangsa ini dengan
kata-kataku.”
“Dan jangan
lupa…” Ucap Kevin yang tiba-tiba dipotong oleh Sari.
“Iya, kak.
Membawa bangsa ini di dalam doa-doaku.”
***
Kamu ada di bangsa ini bukan sebuah kebetulan
karena Tuhan punya rencana yang besar dan indah bagi bangsa ini melalui aku dan
kamu. Sebagai anak-anak muda yang
mencintai Tuhan, kita tidak boleh berpangku tangan dan hanya menggerutu saja
melihat keadaan bangsa ini. Justru kitalah yang harus menjadi agen perubahan
bagi bangsa ini, menjadi berkat dan membawa dampak yang positif bagi bangsa
ini. Apakah kamu mau menjadi agen perubahan bagi bangsa ini ? –Lucy1188-
Dipublikasikan
di Heaven’s Wind 25th Edition
No comments:
Post a Comment