13 June 2013

Indonesiaku.. Indonesiamu..



          Aku bukan seorang artis, sehingga hidupku selalu disorot, bahkan untuk hal yang terkecil sekalipun. Aku juga bukan seorang pengusaha yang dapat membayar pajak yang berguna bagi pembangunan di negaraku (atau mungkin untuk di korupsi ?!). Aku hanya seorang anak muda yang sangat biasa yang tinggal di antara orang-orang biasa di tempat yang paling biasa di muka bumi ini.
          Namaku Sari. Saat ini aku sedang duduk di kelas 2 SMA. Aku dilahirkan dan dibesarkan di sebuah negara yang bernama Indonesia. Mmm, Seandainya saja aku diperbolehkan Tuhan untuk memilih dilahirkan di negara mana, aku memilih tidak dilahirkan di negara ini. Kadang aku merasa malu lahir di negara ini. Negara yang lebih banyak hal buruknya daripada hal baiknya. Aku berkata seperti ini bukan mengada-ada, aku punya buktinya. Contohnya saja Korupsi ada dimana-mana; Orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan yang kebanyakan hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan golongan namun melupakan kepentingan rakyat ini; Kemiskinan yang begitu merajalela sehingga mengakibatkan tingginya tindak kriminalitas dan masih banyak hal lainnya yang tidak dapat kusebutkan satu persatu.
“Sar, kamu mau ga bantuin kakak ngajar ?” Tanya Roni, kakak Sari.
“Mana bisa, kak ? Aku kan masih sekolah. Memang kakak kerja jadi guru gitu ? Bukannya kakak kerja di pabrik ?” Tanya Sari yang bingung pada ajakan kakak semata wayangnya ini.
“Ya, kakak memang masih kerja di pabrik. Tapi setiap hari sesudah pulang kerja kakak mengajar di sekolah khusus bagi anak-anak yang tidak mampu.”
“Sekolah bagi anak yang tidak mampu ? Kakak digaji disana ?”
“Ya, nggalah. Disana tidak ada bayaran, jadi kita mengajar dengan sukarela.”
“Ngga mau ah, kak. Mending aku diem di rumah.”
“Ok, kalau gitu kakak ga jadi beliin kamu notebook.” Ucap Roni
“Ya, kok kakak gitu sih. Aku kan butuh notebook buat tugas sekolah.”
“Habis kamu ga mau bantuin kakak ngajar sih.” Lanjut Roni, “Gimana kalau kita bikin kesepakatan. Kamu bantuin kakak ngajar disana selama 3 bulan dan setelah 3 bulan kakak akan membelikan kamu notebook dan anggap notebook itu sebagai gaji kamu ngajar disana.”
“Emang nanti disana aku ngajar apa kak ?”
“Kamu bisa ngajarin mereka berhitung, menulis, menggambar, membaca.” Ucap Roni menerangkan pekerjaan apa yang harus dilakukan adiknya nanti.
“Ok deh kak. Daripada aku ga dibeliin notebook, mending aku ngajar disana deh.” Ucap Sari dengan setengah terpaksa.
***

          Hari ini adalah hari pertamaku mengajar di sekolah khusus untuk anak-anak miskin itu. Ternyata letak sekolah itu tidak jauh dari rumahku. Kakak bilang, bahwa dia bersama dengan dua temannya yang bernama Daniel dan Kevin mendirikan sekolah ini.
Pada awalnya mereka kebingungan karena tidak memiliki tempat untuk membuka sekolah ini, namun Tuhan membukakan jalan dengan mengirimkan pamannya Daniel, yang mengijinkan mereka memakai tempatnya dengan harga sewa yang relatif murah. Setelah itu mereka mulai membeli meja-meja lipat, papan tulis, dan perlengkapan lainnya dengan uang pribadi mereka masing-masing.
Dimulai dari 5 anak kecil, mereka mengajar di tempat itu. Namun, berita tentang sekolah gratis itu semakin tersebar di kalangan warga sekitar dan banyak keluarga miskin yang tidak mampu menyekolahkan anaknya membawa anak mereka untuk belajar disana. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga pengajar yang lebih banyak karena jumlah anak yang harus diajar saat ini hampir mendekati angka 20 orang.
Karena baru pertama kali mengajar, aku diminta kakak untuk medampingi Kak Kevin yang mengajarkan anak-anak berhitung. Kak Kevin menerangkan materi pelajaran di papan tulis tentang penjumlahan. Setelah ia menjelaskan, ia memberikan latihan untuk anak-anak itu kerjakan. Ternyata setelah pelajaran itu diterangkan, masih saja ada anak-anak yang belum mengerti. Oleh karena ini aku dan Kak Kevin membantu mendampingi anak yang masih belum mengerti tentang penjumlahan dan menjelaskannya kembali kepada anak-anak itu.
***

Setelah selesai kegiatan belajar mengajar…
“Sar, bagaimana pengalaman pertamamu mengajar hari ini ?” Tanya Kevin.
“Ternyata mengajar itu menyenangkan ya Kak. Awalnya aku terpaksa bantu disini karena disuruh kakakku, tapi ternyata mengasyikkan sekali mengajar mereka.” Lanjut Sari dengan semangat.
“Tuh kan untung kakak ajak kamu kesini.” Ucap Roni.
“Iya, kak. Terima kasih ya. Kakakku emang TOP BGT deh !” Ucap Sari sambil mengangkat kedua jempolnya.
“Guys, kita makan baso di warung depan yuk. Gw laper nih.” Ajak Kevin pada mereka.
“Aduh, gw ga bisa. Uda janjian sama Yuli mau nemenin dia belanja.” Ucap Daniel.
“Sari dan Roni bisa kan ?” Tanya Kevin pada mereka berdua.
“Justru itu Vin, tadinya gw mau nitip Sari ke loe supaya dianterin pulang. Sekarang gw harus balik lagi ke kantor, soalnya ada barang gw yang ketinggalan disana.” Ucap Roni
“Sar, mau ga nemenin kakak makan baso ? Kakak laper.” Ajak Kevin pada Sari, harapan terakhirnya.
“Ok, kak. Aku juga laper banget.” Ucap Sari.
***

Di Tukang Baso…
“Ayo Sar, jangan malu-malu. Masa makannya cuma segitu ? Pantesan aja kamu kurus.” Ucap Kevin.
“Tenang, kak. Masih ada ronde selanjutnya kok.” Lanjut Sari, “Kak, sedih ya ternyata banyak banget anak-anak yang ga mampu buat sekolah karena ga punya uang. Belom lagi masalah korupsi yang tidak pernah selesai. Aku ngerasa malu jadi bagian bangsa ini.”
“Kenapa kamu malu ?” Tanya Kevin.
“Ya, aku malu karena sepertinya bangsa ini lebih banyak hal yang jeleknya daripada yang yang bagusnya.” Lanjut Sari, “Memang kakak ga malu gitu jadi bagian bangsa ini ?”
“Ketika kakak masih seusia kamu dan memikirkan betapa banyaknya masalah di negeri ini, kakak juga merasa malu dan bertanya-tanya kenapa Tuhan nempatin kakak disini, kenapa ga ditempatin di negara lain yang lebih baik dan makmur. Namun, seiring berjalannya waktu, kakak menyadari bahwa Tuhan mengijinkan kakak ada di bangsa ini bukan sebuah kebetulan.” Lanjut Kevin, “Lama-lama kakak bangga jadi bagian bangsa ini. Bangsa yang kekayaan alamnya banyak dan punya banyak tempat wisata yang indah, yang ga kalah sama yang ada di luar negeri. Belum lagi keanekaragaman penduduknya yang terbentang dari sabang sampai merauke.”
“Tapi apa kakak ga malu sama semua hal buruk yang terjadi di negeri ini ?”
“Maksud kamu, seperti korupsi, kemiskinan, pengeboman dan hal yang lainnya ?” Tanya Kevin.
“Ya, kak.”
“Memang rasanya sedih melihat banyak hal buruk terjadi di negara kita.” Lanjut Kevin, “Tapi kakak pikir, kalau kita hanya malu dan kecewa terhadap apa yang dialami bangsa ini tidak akan mengubah bangsa ini jadi lebih baik.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengubah bangsa ini ?” Tanya Sari masih bingung.
“Menjadi agen perubahan bagi bangsa ini.”
“Maksudnya ?”
“Sebagai bagian dari bangsa ini dan sebagai anak muda yang cinta Tuhan kita harus mengerjakan sesuatu yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini.”
“Tapi gimana caranya ?” Lanjut Sari, “Aku kan hanya anak muda yang biasa-biasa aja. Rasanya ga ada sesuatu yang bisa aku buat untuk membawa perubahan bagi bangsa ini.”
“Tau ga, dengan kamu bantuin ngajar kamu sudah membawa perubahan, memberikan dampak bagi anak-anak yang kamu ajar bahkan mungkin akan membawa perubahan bagi bangsa ini suatu hari nanti.” Lanjut Kevin, “Bahkan kalau kamu tidak bisa mengajarpun kamu bisa melakukan perubahan bagi bangsa ini.”
“Caranya gimana kak ?”
“Kamu harus mengubah dirimu sendiri dulu. Mengubah caramu berpikir dan berkata-kata tentang bangsa ini dan selalu membawa bangsa ini dalam doa-doamu. Kakak percaya ketika kita membawa bangsa ini di dalam doa-doa kita, Tuhan sedang bekerja mengubahkan bangsa ini melalui setiap kita.”
“Apa cukup hanya seperti itu kak ?” Lanjut Sari, “Hanya berpikir dan berkata-kata yang baik tentang bangsa ini dan berdoa ? Berarti aku tidak perlu melakukan suatu tindakan ?”
“Itu kan baru awalnya, Sar. Ketika kamu berdoa, hatimu akan diubahkan oleh Tuhan sehingga kamu dapat mencintai bangsa ini. Ketika kamu mencintai bangsa ini, kamu akan berpikir yang terbaik bagi bangsa ini. Coba deh kamu liat kakakmu, kenapa dia rela ngajar disini ? Padahal pulang kerja dia pasti uda cape, tapi kenapa dia rela bayar harga untuk mengajar anak-anak itu ?”
“Mungkin karena kakak mencintai bangsa ini.” Jawab Sari ragu-ragu.
“Ya, karena dia mencintai bangsa ini dan dia ingin membawa perubahan bagi bangsa ini lewat mengajar anak-anak kecil yang kelak akan jadi generasi penerus bagi bangsa ini.”
“Oh, jadi ketika kita mencintai bangsa ini, Tuhan akan menuntun kita untuk menemukan perubahan apa yang dapat kita buat bagi bangsa ini. Benarkah seperti itu, kak ?”
“Yup, benar sekali.”
“Aku ngerti sekarang. Ternyata selama ini aku berpikir dan berkata yang salah tentang bangsa ini. Aku hanya menyalahkan dan menggerutu tanpa membuat sesuatu yang dapat membawa perubahan bagi bangsa ini.” Lanjut Sari, “Baiklah mulai saat ini aku akan mengubah cara berpikirku dan memberkati bangsa ini dengan kata-kataku.”
“Dan jangan lupa…” Ucap Kevin yang tiba-tiba dipotong oleh Sari.
“Iya, kak. Membawa bangsa ini di dalam doa-doaku.”
***

Kamu ada di bangsa ini bukan sebuah kebetulan karena Tuhan punya rencana yang besar dan indah bagi bangsa ini melalui aku dan kamu. Sebagai anak-anak  muda yang mencintai Tuhan, kita tidak boleh berpangku tangan dan hanya menggerutu saja melihat keadaan bangsa ini. Justru kitalah yang harus menjadi agen perubahan bagi bangsa ini, menjadi berkat dan membawa dampak yang positif bagi bangsa ini. Apakah kamu mau menjadi agen perubahan bagi bangsa ini ? –Lucy1188-

Dipublikasikan di Heaven’s Wind 25th Edition

No comments: